Senin, 12 Mei 2014

LAPORAN SEMESTER TEKNOLOGI REPRODUKSI TERNAK



LAPORAN SEMESTER PRAKTIKUM

TEKNOLOGI REPRODUKSI


OLEH:
SYAMSUL MU’ARIF
E10011083
C





FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2013
 
  
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sinkronisasi adalah suatu pengendalian estrus yang dilakukan pada sekelompok ternak betina sehat dengan memanipulasi mekanisme hormonal, sehingga keserentakan estrus dan ovulasi dapat terjadi pada hari yang sama atau dalam kurun 2 atau 3 hari setelah perlakuan dilepas, sehingga Inseminasi Buatan dapat dilakukan serentak.
Suatu cara untuk mengatasi problema sulitnya deteksi berahi yaitu dengan cara penerapan teknis sinkronisasi birahi, baik dengan menggunakan sediaan Progesteron dan Prostaglandin (PGF2a). Dengan tehnik ini problema deteksi berahi dapat dieliminir, sehingga pelaksanaan inseminasi buatan dapat dioptimalisasi.
Penyerentakan berahi atau sinkronisasi estrus adalah usaha yang bertujuan untuk mensinkronkan kondisi reproduksi ternak sapi donor dan resipien. Sinkronisasi estrus umumnya menggunakan hormon prostaglandin (PGF2a) atau kombinasi hormon progesteron dengan PGF2a. Penggunaan teknik sinkronisasi berahi akan mampu meningkatkan efisiensi produksi dan reproduksi kelompok ternak, serta mengoptimalisasi pelaksanaan inseminasi buatan, mengurangi waktu dan memudahkan observasi deteksi berahi, dapat menentukan jadwal kelahiran yang diharapkan, menurunkan usia pubertas pada sapi dara, penghematan dan efisiensi tenaga kerja inseminator karena dapat mengawinkan ternak pada suatu daerah pada saat yang bersamaan.
Pada ternak mamalia dewasa fluktuasi berbagai hormon reproduksi dikenal sebagai siklus estrus yang terdiri atas proestrus, estrus, mesestrus dan diestrus atau secara global umunya dikenal dengan phase folikel (fase pertumbuhan, yang ditandai dengan level estrogen tinggi, sedangkan fase luteal memiliki waktu yang cukup panjang ditandai dengan perkembangan corpus luteum dan kadar progreteron tinggi) sekresi FSH terjadi secara ritmis selama 4-5 hari sebelum birahi, menjelang fase luteal berakhir konsentrasi FSH dalam plasma meningkat dan akan merangsang pertumbuhan folikel.
Reproduksi adalah suatu proses perkembangbiakan pada ternak yang diawali dengan bersatunya sel telur (ovum) dengan sel mani (sperma) sehingga terbentuk zigot kemudian embrio hingga fetus dan diakhiri dengan apa yang disebut dengan kelahiran. Pada proses reproduksi ini menyangkut hewan betina dan jantan. Secara umum, proses reproduksi ini melibatkan dua hal yakni, sel telur atau yang biasa disebut dengan ovum dan sel mani atau yang biasanya disebut dengan sperma. Ovum sendiri dihasilkan olah ternak betina melalui proses ovulasi setelah melalui beberapa tahap perkembangan folikel, sedangkan sperma diproduksi oleh ternak jantan melalui proses spermatogenesis (proses pembentukan sel gamet jantan atau sperma yang terjadi di dalam testis tepatnya pada tubulus seminiferus).
Pelaksanaan program Inseminasi Buatan (IB) atau kawin suntik pada sapi telah dimulai sejak tahun 1950-an. Dalam pelaksanaannya, operasional program inseminasi buatan ditangani oleh seorang petugas inseminator. Tingkat keberhasilan kerja seorang inseminator dapat diukur dengan peningkatan persentase kelahiran anak sapi sehingga membantu peningkatan populasi ternak ini. Karena bibit semen beku jantan yang dipergunakan berasal dari sapi jantan unggul, makaanak sapi yang dilahirkan juga diharapkan memiliki sifat-sifat unggul.
Penggunaan Vagina Buatan (VB) merupakan metode yang umum digunakan untuk menampung semen pejantan sapi perah dan sapi potong di pusat-pusat inseminasi buatan. Metode ini dapat mengatasi kekurangan-kekurangan dan kerugian-kerugian dari metode pengurutan dan elektroejakulator. Kelebihan dari metode ini aalahsemen yang dihasilkan lebih bersih, kualitas lebih baik, maksimal dan spontan keluar. Model Vagina Buatan telah disempurnakan dan dimodifikasi oleh beberapa peneliti. Yang umum digunakan di Indonesia adalah model Denmark dengan panjang silinder 40,7 cm.
Ovarium merupakan alat reproduksi betina yang berfungsi ovum (sel telur) dan menghasilkan hormon esterogen dan progesteron. Ovarium pada sapi berbentuk bulat telur. Ukurannya relatif kecil dibanding dengan besar tubuhnya. Ukurannya adalah panjang 2 sampai 3 cm, lebar 1 sampai 2 cm, tebal 1 sampai 2 cm, dan beratnya berkisar antara 15 sampai 19 gram.
Spermatozoid atau sel sperma atau spermatozoa (berasal dari Bahasa Yunani Kuno yang berarti benih dan makhluk hidup) adalah sel dari sistem reproduksi jantan. Sel sperma akan membentuk zigot. Zigot adalah sebuah sel dengan kromosom lengkap yang akan berkembang menjadi embrio. Peran aktif spermatozoon sebagai gamet jantan sehingga penting pada keberhasilan munculnya individu baru oleh karena itu di dalam reproduksi sering diperlukan adanya standar kualitas spermatozoa. Analisis sperma yang dimaksud meliputi pemeriksaan jumlah milt yang dapat distriping dari seekor ikan jantan masak kelamin, kekentalan sperma, warna, bau, jumlah spermatozoa mati, motilitas (bila mungkin kemampuan gerak per menit) dan morfologi (ukuran dan bentuk kepala, ukuran ekor, berbagai penyimpangan, ada tidaknya akrosoma).

Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui proses sikronisasi estrus dengan hormon PGF2α pada ternak sapi, untuk melihat dan mengamati tingkah laku birahi ternak sapi betina beserta fase-fasenya baik secara langsung (visual) maupun secara fisiologis, mengetahui tata cara dan prosedur pelaksanaan Inseminasi Buatan ( IB ), Mengetahui cara yang tepat melakukan IB,  Mengetahui manfaat dari penerapan IB, untuk mengetahui bagian-bagian dari alat reproduksi ternak betina maupun jantan, untuk menampung semen dengan metoda vagina buatan, untuk mengetahui tahap-tahap perkembangan folikel pada ovarium dan untuk mengetahui motilitas pada sperma.
Manfaatnya adalah mahasiswa dapat mengetahui bagaimana langkah-langkah dan teknik penampungan semen sebelum melakukan IB, mengetahui bagian dari alat reproduksi ternak dan mengetahui mortilitas pada sperma.
TINJAUAN PUSTAKA
Selama estrus, sapi betina menjadi sangat tidak tenang, kurang nafsu makan, dan kadang – kadang menaiki sapi – sapi betina lain dan akan diam berdiri bila dinaiki. Vulva tersebut akan membengkak. Memerah dan penuh dengan sekresi mucus transparan yang menggantung dari vulva atau terlihat di pangkal ekor. (Achyadi, K. R., 2009).
Semakin encer semen ikan maka kadar sodium yang terdapat dalam semen semakin tinggi, sehingga motilitas dan fertilitas spermatozoa semakin tinggi (Aas et. 1991).
Testis adalah organ reproduksi primer pada ternak jantan, karena berfungsi menghasilkan gamet jantan (spermatozoa) dan hormone kelamin jantan (androgens). Testes berlokasi di dekat ginjal turun melalui canalis inguinalis masuk ke dalam scrotum. Turunnya testes terjadi akibat memendeknya gubernaculum, sebuah ligamentum yang memanjang dari daerah inguinalis kemudian bertaut pada cauda epididymis. Pemendekan gubernaculum terjadi karena pertumbuhan gubernaculum tidak secepat pertumbuhan tubuh (Anonima,  2010). 
Berhentinya estrus sesudah perkawinan merupakan indikasi yang baik bahwa kebuntingan telah terjadi. Akan tetapi dapat juga terjadi pada 3 sampai 5 % sapi – sapi yang bunting selama 3 bulan pertama masa kebuntingan walaupun dapat terjadi dalam bulan–bulan yang lebih tua. (Achyadi, K. R., 2009).
Sebuah sinyal ciri estrus adalah lordosis refleks, di mana hewan secara spontan mengangkat dirinya bagian belakangnya. Dalam beberapa spesies, vulvae adalah memerah. Ovulasi dapat terjadi secara spontan dalam beberapa spesies (misalnya sapi), sedangkan di lain itu disebabkan oleh persetubuhan (misalnya kucing). Jika tidak ada persetubuhan dalam diinduksi ovulator, estrus dapat terus selama beberapa hari, diikuti dengan 'interestrus,' dan fase estrus mulai lagi sampai sanggama dan ovulasi terjadi. (Bindon, B. M. dan L. R. Piper., 2008).
Folikel primordial disebut juga folikel primer muda (awal) yang dikelilingi oleh epitel pipih selapis. Folikel folikel primer terdiri dari oosit primer yang dikelilingi oleh epitel pipih atau epitel kubu sel pipih yang disebut juga sel sel folikel (Brown 1992).
Level hormon reproduksi bersifat fluktuatif sesuai dengan pola reguler dan tetap, pola tersebut merupakan hasil interaksi dari sejumlah organ dengan hormon. (Bowen, R. A. dan M. H. Pineda., 2010).
Tunika albuginea memiliki sedikit sel otot polos yang tersebar didalamnya, sehingga mengakibatkan perbedaan ukuran pada berbagai jenis ternak (Brown, 1992).
Folikel ovari matang dan kadar estrogen di atas ambang (threshold) akan berespon terhadap hipothalamus untuk menekan pelepasan FSH dan selanjutnya memfasilitasi pelepasan LH untuk menandai proses ovulasi (Donald dan Pineda, 1980; Intervet, 1998).
Progesteron mempunyai peran dominan selama kebuntingan terutama pada tahap-tahap awal. Apabila dalam uterus tidak terdapat embrio selang beberapa hari  maka PGF2α akan dikeluarkan dari endometrium dan disalurkan melalui pola sirkulasi ke ovarium yang dapat menyebabkan regresinya corpus luteum. Apabila PGF2α diinjeksikan pada awal kebuntingan , maka kebuntingan tersebut akan berakhir. Oleh sebab itu, embrio pregnancy-specific protein B (PSPB) dan kemampuannya nyata dalam meningkatkan sintesa endomerial dari prostaglandin E2 (PGE2) (Del Vecchio et al. 1990).
Suhu mempengaruhi daya tahan hidup sperma, peningkatan suhu akan meningkatkan kadar metabolisme yang dapat mengurangi daya tahan hidup sperma (Effendi dan Muhamad Tang 2002).
Kerja LH dan FSH untuk menstimulasi pematangan folikel LH menyebabkan ovulasi dengan menggertak pemerasan didnding sel dalam pelepasan ovum, yang mungkin juga ikut berpengaruh terhadap pembentukan corpus luteum yang berasal dari folikel yang sudah pecah (Frandson 1998).
Sikronisasi ini mengarah pada hambatan ovulasi dan penundaan aktivitas regresi Corpus Luteum (CL) (Hafes, 1993).
Pemberian PGF2α analog dapat menyebabkan luteolisis melalui penyempitan vena ovarica yang menyebabkan berkurangnya aliran darah dalam ovarium. Berkurangnya aliran darah ini menyebabkan regresi sel-sel luteal. Regresi sel-sel luteal menyebabkan produksi progesteron menurun menuju kadar basal mendekati nol nmol/lt, dimana saat-saat terjadinya gejala berahi. Regresi korpus luteum menyebabkan penurunan produksi progesteron (Husnurrizal. 2008).
Penggunaan larutan fisiologis yang mengandung NaCl dan urea karna dapat mempertahankan daya hidup spermatozoa antara 20-25 menit. larutan fisiologis lebih kecil dari NaCl 0,9 % (0,8 %; 0,6 %; 0,3 %; 0,1 %) disebut hipotonis. larutanfisiologis lbh besar dari NaCl 0,9 % ( 1 %; 2 %) disebut hipertonis  (hidayaturahmah (2007).
Hipothalamus, hipofisa, gonad dan plasenta merupakan kelenjar endokrin reproduksi, kelenjar ini akan bekerja sama secara konser dan membuat suatu putaran interkoneksi yang dikenal sebagai poros Hipothalamus-hipofisagonadal (Iman dan Fahriyan, 2002).
Lapisan luar dari testis adalah tunica albuginea testis, merupakan membrane jaringan ikat elastis berwarna putih serta parenchyma ini berwarna kekuningan. Sedingga warna testes akan terlihat putih ataupun kekuningan (Keiko 2009).
Folikel pada ovarium mengalami beberapa tahap perkembangan yang diawali dengan folikel primer dimana terbetuk lapisan tebal dibawah tunica albugenia. Pertumbuhan folikel terjadi pada hewan betina yang masih dalam kandungan dan setelah lahir (Nalbandov 1990).
Menurut Penuntun Praktikum Histologi Hewan (2012), alat reproduksi betina terdiri dari atas ovarium, tuba fallopi, uterus, dan vagina.
Semen diteteskan dengan batang kaca pada kertas pH berukuran warna penunjuk, pH normal ialah 7,2 – 7,8. Volume normal semen sekali diejakulasi sekitar 2,0 sampai 3,0 ml, ada juga yang sampai 4,5 ml. Jika volume kurang dari 1 ml, ada kemungkinan tak beresnya prostate dan vesicula seminalis yang merupakan penghasil utama plasma semen. Konsentrasi atau jumlah spermatozoa/ml semen, dihitung dengan hemocytometer Neubauer. Dihitung dengan melihatnya di bawah mikroskop perbesaran 450x. Menurut Rehan et al., (1975) dalam Yatim (1984).
Terlambatnya siklus birahi kembali setelah beranak adalah infeksi primer, trauma partus retentio secundinarum, ketidakseimbangan nutrisi, kurang gerak, stress laktasi, predisposisi keturunan, dan thyroid insufiensi( Sonjaya 2005).
Penggunaan vagina buatan untuk menampung semen sapi telah dipakai secara luas. Pejantan akan menaiki sapi betina pemancing dan akan berejakulasi pada waktu penis dimasukkan ke dalam vagina buatan. Vagina buatan terdiri dari silinder karet tebal dan keras, di dalamnya dilapisi silinder karet tipis dan merupakan kantung yang dapat diisi air panas. Salah satu ujung vagina buatan dipasang karet berbentuk corong untuk menampung semen. Vagina buatan yang telah diisi air panas dan di bagian dalam diberi pelicin, akan berfungsi untuk menampung semen (Salisbury and VanDemark, 1985).
Sperma adalah sel yang diproduksi oleh organ kelamin jantan dan bertugas membawa informasi genetik jantan ke sel telur dalam tubuh betina. Spermatozoa berbeda dari telur yang merupakan sel terbesar dalam tubuh organisme adalah gamet jantan yang sangat kecil ukurannya dan mungkin terkecil. Spermatozoa secara struktur telah teradaptasi untuk melaksanakan dua fungsi utamanya yaitu menghantarkan satu set gen haploidnya ke telur dan mengaktifkan program perkembangan dalam sel telur (Sistina, 2000).
Gamet jantan pada umumnya berukuran relatif kecil, tanpa atau sedikit sekali cadangan makanan, aktif bergerak (motil) dan dibentuk dalam jumlah besar. Spermatozoa dihasilkan terus menerus tiap hari. Tapi bagi hewan yang memiliki musim kawin penghasilan itu lebih terlihat jika tiba musimnya. Ada pula penghasilan berlangsung terus sebelum musim kawin, lalu dicadangkan. Gerakan spermatozoa ketika masih dalam tubulus seminiferus spermatozoa tak bergerak. Secara berangsur dalam ductus epididimis mengalami pengaktifan. Kecepatan spermatozoa saat keluar dari tubuh dalam medium cairan saluran kelamin betina sekitar 2,5 mm/menit (Sistina, 2000).
Sistem reproduksi adalah suatu rangkaian dan interaksi organ dan zat dalam organisme yang dipergunakan untuk berkembang biak. Sistem reproduksi pada suatu organisme berbeda antara jantan dan betina. Sistem reproduksi pada perempuan berpusat di ovarium. Alat reproduksi pada jantan a. Sepasang testis, yang terbungkus dalam kantong skrotum, testis berfungsi sebagai penghasil sperma dan hormon testosteron b. Sepasang epididimis, saluran panjang berkelok-kelok terdapat di dalam skrotum. Pada betina ovarium berfungsi menghasilkan ovum dan hormon (estrogen dan progestron) jika sel telur pada ovarium telah masak, akan dilepaskan dari ovarium, pelepasan telur dari ovarium disebut ovulasi (Sembiring 2005).
Sinkronisasi adalah suatu pengendalian estrus yang dilakukan pada sekelompok ternak betina sehat dengan memanipulasi mekanisme hormonal, sehingga keserentakan estrus dan ovulasi dapat terjadi pada hari yang sama atau dalam kurun 2 atau 3 hari setelah perlakuan dilepas, sehingga Inseminasi Buatan dapat dilakukan serentak (Toelihere, 1985).
Bila spermatozoa yang motil kurang dari 50%, maka spermatozoa disebut astenik. Istilah yang digunakan adalah Astenozoospermia ( Wongso, 2007).


MATERI DAN METODA
Waktu dan Tempat
Praktikum Teknologi Reproduksi Ternak dilaksanakan pada hari kamis dimulai pada tanggal 25 April 2013 s/d  20 Juni 2013 tepatnya pukul 14.00 WIB s/d selesai Bertempat di Laboratorium Fakultas Peternakan Universitas Jambi.

Materi
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum Teknologi Reproduksi Ternak ini yaitu : sapi betina, kandang kecil, Gun, gunting, plastik shite,  plastik glove, termos/kontainer lapangan,  Straw, air hangat, air biasa, hormon Progesteron, hormon PGF2α, suntik, alat reproduksi sapi & kambing betina dan jantan, pisau, terpal, paralon, karet gelang, balon, pentil, sarung tangan, gelas piala, ovarium, mikroskop, cairan fisiologi, objek glass, dan cover glass.

Metoda
Metoda pada praktikum sikronisasi birahi adalah pertama masukkan sapi kedalam kandang kecil, periksa terlebih dahulu sapi tersebut apakah sedang hamil atau tidak, setelah itu masukkan alat kedalam vagina sapi dan biarkan selama beberapa hari.
Pada praktikum penyuntikkan PGF2 yaitu pertama sediakan suntik dan sedot hormon PGF2 setelah itu elus-elus terlebih dahulu badan sapi agar dalam penyuntikkan tidak kaget, kemudian perlahan-lahan masukkan suntik kedalam badan sapi.
Pada praktikum pengamatan birahi yaitu mahasiswa mengamati masing-masing sapi yang telah disinkronisai dan tulis apa hasilnya.
Pada praktikum inseminasi buatan yaitu Sebelum melaksanakan prosedur Inseminasi Buatan (IB) maka semen harus dicairkan (thawing) terlebih dahulu dengan mengeluarkan semen beku dari nitrogen cair dan memasukkannya dalam air hangat atau meletakkannya dibawah air yang mengalir. Suhu untuk thawing yang baik adalah 37oC. Jadi semen/straw tersebut dimasukkan dalam air dengan suhu badan 37oC, selama 7-18 detik, Setelah dithawing, straw dikeluarkan dari air kemudian dikeringkan dengan tissue, Kemudian straw dimasukkan dalam gun, dan ujung yang mencuat dipotong dengan menggunakan gunting bersih, Setelah itu Plastic sheath dimasukkan pada gun yang sudah berisi semen beku/straw, Sapi dipersiapkan (dimasukkan) dalam kandang jepit, ekor diikat, Petugas Inseminasi Buatan (IB) memakai sarung tangan (glove) pada tangan yang akan dimasukkan ke dalam rektum, Tangan petugas Inseminasi Buatan (IB) dimasukkan ke rektum, hingga dapat menjangkau dan memegang leher rahim (servix), apabila dalam rektum banyak kotoran harus dikeluarkan lebih dahulu, dan Semen disuntikkan/disemprotkan pada badan uterus yaitu pada daerah yang disebut dengan 'posisi ke empat'. Setelah semua prosedur tersebut dilaksanakan maka keluarkanlah gun dari uterus dan servix dengan perlahan-lahan.
            Pada praktikum sistem reproduksi ternak yaitu pertama sediakan terlebih dahulu terpal dan organ reproduksi, letakkan organ reproduksi diatas terpal dan pisahkan bagian-bagiannya menggunakan pisau,.
            Pada praktikum vagina buatan yaitu pertama siapkan paralon dengan panjang 18-20 cm, buat lubang pada tengah-tengah paralon sesuai ukuran pentil, setelah itu masukkan pentil pada lubang tersebut, sebelum dimasukkan diberi lem terlebih dahulu agar tidak bocor, kemudian masukkan sarung tangan ke dalam paralon, lalu kedua ujung selongsong karet dibuka, dikuakkan dan ditempelkan pada bibir tabung kemudian diikat dengan karet. Corong karet dipasang pada salah satu ujung tabung tersebut dan ikat dengan karet kemudian tabung penampung dipasang pada ekor corong karet dan dikuatkan dengan karet gelang. Tabung penampung dibungkus dengan selongsong kain atau bisa dengan kertas tissu dan dilapisi bagian luamya dengan alumunium foil. Gunanya untuk menghindari sinar matahari .
            Pada praktikum histologi ovarium ada 3 cara yaitu pertama cara cacahan: sediakan jarum suntik, ovum dicacah sampai hancur menggunakan pisau kecil, ambil cairan yang keluar dari ovum dan dicampur dengan cairan fisiologis setelah itu amati dibawah mikroskop, kedua dengan cara sayatan: ovum disayat-sayat hingga keluar cairan, cairan yang keluar diambil dan campurkan dengan cairan fisiologis, kemudian amati dibawah mikroskop, ketiga cara aspirasi: cairan ovum disedot menggunakan jarum suntik dan campurkan dengan cairan fisiologis kemudian amati dibawah mikroskop.
            Pada praktikum mortilitas sperma yaitu straw harus dicairkan terlebih dahulu(thawing) menggunakan air biasa dengan suhu 270C dan air hangat dengan suhu 370C selama 30 detik kemudian digunting ujungnya dan ditumpahkan keatas objek glass, tutup dengan cover glass dan amati dibawah mikroskop.


HASIL DAN PEMBAHASAN
Sinkronisasi adalah suatu pengendalian estrus yang dilakukan pada sekelompok ternak betina sehat dengan memanipulasi mekanisme hormonal, sehingga keserentakan estrus dan ovulasi dapat terjadi pada hari yang sama atau dalam kurun 2 atau 3 hari setelah perlakuan dilepas, sehingga Inseminasi Buatan dapat dilakukan serentak (Toelihere, 1985).
Pada dasarnya, sinkronisasi birahi adalah upaya untuk menginduksi terjadinya birahi dengan menggunakan hormon Progesteron. Preparatnya biasanya adalah hormon sintetik dari jenis Prostaglandin F2a. Nama dagang yang paling sering ditemui di Indonesia adalah Enzaprost F.        
Progesteron mempunyai peran dominan selama kebuntingan terutama pada tahap-tahap awal. Apabila dalam uterus tidak terdapat embrio selang beberapa hari  maka PGF2α akan dikeluarkan dari endometrium dan disalurkan melalui pola sirkulasi ke ovarium yang dapat menyebabkan regresinya corpus luteum. Apabila PGF2α diinjeksikan pada awal kebuntingan , maka kebuntingan tersebut akan berakhir. Oleh sebab itu, embrio pregnancy-specific protein B (PSPB) dan kemampuannya nyata dalam meningkatkan sintesa endomerial dari prostaglandin E2 (PGE2) (Del Vecchio et al. 1990).  
Sinkronisasi birahi ini mahal biayanya karena harga hormon yang tinggi dan biaya transportasi serta biaya lain untuk petugas lapang.
Cara apikasi hormon untuk penyerentakkan birahi adalah sebagai berikut :
· Laksanakan penyuntikan hormon pertama, pastikan bahwa :         
Sapi betina resipien harus dalam keadaan sehat dan tidak kurus (kaheksia);
Sapi tidak dalam keadaan bunting, bila sapi sedang bunting dan penyerentakkan birahi dilakukan maka keguguran akan terjadi.   
· Laksanakan penyuntikan hormon kedua dengan selang 11 hari setelah                  penyuntikan pertama; 
· Birahi akan terjadi 2 sampai 4 hari setelah penyuntikan kedua.
Hasil yang didapat pada praktikum pengamatan birahi yaitu Gejala- Gejala birahi selama estrus, sapi betina menjadi sangat tidak tenang, kurang nafsu makan, dan kadang - kadang menaiki sapi - sapi betina lain dan akan diam berdiri bila dinaiki. Vulva tersebut akan membengkak, memerah dan basah. Hal ini sesuai dengan pendapat Achyadi, K. R., (2009) yang menyatakan bahwa selama estrus, sapi betina menjadi sangat tidak tenang, kurang nafsu makan, dan kadang -kadang menaiki sapi betina lain dan akan diam berdiri bila dinaiki. Vulva tersebut akan membengkak. Memerah dan penuh dengan sekresi mucus transparan yang menggantung dari vulva atau terlihat di pangkal ekor.
Inseminasi Buatan (IB) atau kawin suntik adalah suatu cara atau teknik untuk memasukkan mani (spermatozoa atau semen) yang telah dicairkan dan telah diproses terlebih dahulu yang berasal dari ternak jantan ke dalam saluran alat kelamin betina dengan menggunakan metode dan alat khusus yang disebut ‘insemination gun‘.
1.    Tujuan Inseminasi Buatan
2.    Memperbaiki mutu genetika ternak
3.    Tidak mengharuskan pejantan unggul untuk dibawa ketempat yang dibutuhkan sehingga mengurangi biaya
4.    Mengoptimalkan penggunaan bibit pejantan unggul secara lebih luas dalam        jangka waktu yang lebih lama
5.    Meningkatkan angka kelahiran dengan cepat dan teratur
6.    Mencegah penularan / penyebaran penyakit kelamin.
Keuntungan IB
1.    Menghemat biaya pemeliharaan ternak jantan;
2.    Mencegah terjadinya kawin sedarah pada sapi betina (inbreeding);
3.    Dengan peralatan dan teknologi yang baik spermatozoa dapat simpan dalam jangka waktu yang lama
4.    Semen beku masih dapat dipakai untuk beberapa tahun kemudian walaupun pejantan telah mati
5.    Menghindari kecelakaan yang sering terjadi pada saat perkawinan karena fisik pejantan terlalu besar
6.    Menghindari ternak dari penularan penyakit terutama penyakit yang ditularkan dengan hubungan kelamin.
Kerugian IB
1.    Apabila identifikasi birahi (estrus) dan waktu pelaksanaan IB tidak tepat maka tidak akan terjadi terjadi kebuntingan
2.    Akan terjadi kesulitan kelahiran (distokia), apabila semen beku yang digunakan berasal dari pejantan dengan breed / turunan yang besar dan diinseminasikan pada sapi betina keturunan / breed kecil
3.    Bisa terjadi kawin sedarah (inbreeding) apabila menggunakan semen beku dari pejantan yang sama dalam jangka waktu yang lama
4.    Dapat menyebabkan menurunnya sifat-sifat genetik yang jelek apabila pejantan donor tidak dipantau sifat genetiknya dengan baik (tidak melalui suatu progeny test).
Prinsip Dasar Inseminsi Buatan (IB)
Didalam applikasi teknologi inseminasi buatan maka faktor mutu genetik pejantan yang digunakan sangat penting untuk diperhatikan karena dari padanyalah sejumlah besar keturunan akan dihasilkan. Pejantan unggul dapat menghasilkan ± 25.000 ekor anak per tahun melalui penggunaan semen beku, sehingga selama hidup dari seekor pejantan unggul dapat diperoleh ± 150.000 ekor anak.
Beberapa kendala dihadapi apabila penggunaan semen beku, diantaranya tidak kontinyunya persediaan N ² Cair, untuk itu alternatif utamanya adalah dengan menggunakan semen cair. Teknik ini dapat diterapkan dengan memperhatikan beberapa persyaratan teknis sehingga applikasinya dapat di laksanakan dengan baik dan diperoleh hasil yang optimal.
Metode penampungan semen untuk dipergunakan dalam inseminasi buatan adalah mengupayakan agar pejantan bereyakulasi ke dalam vagina buatan, dan kemudian menampung semen ke dalam tabung berinsulasi untuk mencegah rusaknya spermatozoa karena perobahan suhu. Beberapa aspek tingkahlaku seksual pejantan perlu diperhatikan dalam penampungan semen seperti : latihan, persiapan menaiki, temperatur vagina buatan, lama eyakulasi, dan sifat individu pejantan.
Produksi semen pereyakulasi pada ternak sapi jantan biasanya 4 – 10 ml dan dapat ditampung 2 – 6 kali perminggu. Sesudah penampungan dan evaluasi semen, tindakan selanjutnya adalah pengenceran dengan menggunakan beberapa bahan pengenceran yang mengandung karbohidrat sebagai sumber energi, protein pelindung, dan antibiotik. Semen sapi dapat diencerkan 10 – 75 kali tergantung dari kualitas semen yang dihasilkan setiap eyakulasi.
Pada ternak sapi untuk pelaksanaan inseminasi buatan, didalam satu kali inseminasi hanya diperlukan 10 – 15 juta spermatozoa motil, sedangkan yang dihasilkan per satu kali eyakulasi adalah milliaran sperma. Sehingga dengan dosis inseminasi ini kita dapat menghitung berapa banyak betina yang dapat di inseminasi dari seekor pejantan.
Semen yang telah dipersiapkan dapat langsung di inseminasikan ke dalam cervix atau corpus uteri, dan untuk memperoleh kesuburan yang tinggi inseminasi harus dilakukan mendekati waktu ovulasi yakni pada paruh kedua fase birahi atau pada saat yang telah ditentukan apabila menggunakan program sinkronisasi birahi. Ketepatan waktu itu penting agar spermatozoa segar tersedia dan siap.
Teknologi IB menggunakan semen beku pada sapi potong telah digunakan sejak belasan tahun silam dengan tujuan untukmeningkatkan kualitas dan kuantitas ternak sapi melalui penggunaan pejantan pilihan dan menghindari penularan penyakit atau kawin sedarah.
Selama ini pelaksanaan teknologi IB di lapangan masih mengalami beberapa hambatan, antara lain S/C > 2 dan angka kebuntingan ≤ 60% (Affandhy 2006), sehingga untuk meningkatkan populasi dan mutu sapi potong serta guna memperluas penyebaran bakalan sapi potong, diperlukan suatu petunjuk praktis tentang manajemen IB mengunakan semen beku mulai dari penanganan ketika straw beku dalam kontener hingga akan disuntikan/Idi-IB-kan ke sapi induk, termasuk cara dan waktu IB; dengan harapan dapat memperbaiki manajemen perkawnan melalui pelaksanaan IB yang selama ini sering menimbulkan permasalahan di tingkat peternak maupun inseminator. Dengan adanya petunjuk tentang manajemen IB diharapkan dapat menambah tingkat keterampilan inseminator dan pengalaman peternak sehinggga tingkat kebuntingan ternak dapat dicapai secara optimal dan tahapan teknik ini perlu diinformasikan
Pada praktikum IB (inseminasi buatan), yang menjadi inseminator adalah bpk yudi beserta fartnernya.
Menurut Sonjaya (2005) yang menyatakan bahwa terlambatnya siklus birahi kembali setelah beranak adalah infeksi primer, trauma partus retentio secundinarum, ketidakseimbangan nutrisi, kurang gerak, stress laktasi, predisposisi keturunan, dan thyroid insufiensi.
Hasil pengamatan organ reproduksi ternak yaitu:
v Alat reproduksi ternak jantan
Pada sebagian besar spesies mamalia, organ reproduksi eksternal jantan adalah skrotum dan penis. Organ reproduksi internal terdiri atas gonad yang menghasilkan gamet (sel-sel sperma) dan hormon, kelenjar aksesoris yang mensekresikan produk yang esensial bagi pergerakan sperma, dan sekumpulan duktus yang membawa sperma dan sekresi grandular. Ringkasnya secara anatomi, bagian-bagian alat kelamin jantan terdiri dari; testis, epididymis, ductus deferen, urethra, penis, dan kelenjar-kelenjar asesoris.
1.    Testis
Gonad indiferen sewaktu embrio dini pada betina berdiferensiasi menjadi ovarium, sedangkan pada jantan menjadi testis. Pada semua spesies testis berkembang di dekat ginjal, yaitu pada daerah krista genitalis primitif. Pada mamalia, testis mengalami penurunan, tetap tinggal pada posisi disekitar daerah testis itu berasal. Fungsi testis ada dua macam: yang menghasilkan hormon seks jantandisebut androgen, dan yang menghasilkan gamet jantan disebut sperma. 
2.    Epididymis
Epididymis terdiri dari tiga bagian yaitu caput epididymis atau kepala epididymis, corpus epididymis atau badan epididymis, dan cauda epididymis atau ekor epididymis. Ketiga bagian ini mempunyai fungsi yang berbedada, caput berfungsi sebagai tempat memasakan spermatozoa, corpus berfungsi sebagai transpor atau pengangkutan spermatozoa, cauda berfungsi sebagai tempat penimbunana spermatozoa. 
3.    Ductus Deferen
Ductus deferen merupakan saluran sperma lanjutan dari cauda epididymis sampai ke urethra. Dindingnya tebal mengandung serabut-serabut urat daging yang licin. 
4.    Ampula Ductus Deferen
Ampula ductus deferen adalah ductus deferen an kedua testes setelamelalui canalis inguinalis sampai atas kandung kemih yang lambat laun menjadi membesar. Pembesaran ini disebabkan oleh adanya kelenjar-kelenjar yang ada di dinding ductus deferen, sedang lumennya sedikit meluas.
5.    Urethra
Urethra adalah saluran dari tempat bermuaranya Ampula ductus deferen sampai ujung penis. Urethra merupakan saluran urogenitalis yang berfungsi sebagai tempat lewatnya urine dan semen.
6.    Kelenjar Vesikularis
Kelenjar vesicularis berjumlah sepasang yang terletak di kanan-kiri ampula duktus deferens. Pada ruminansia kelenjar ini besar dan susunannya berlobus-lobus. Saluran keluar dari kelenjar ini bermuara ke dalam urethra, secara umum muaranya menjadi satu dengan ampula sehingga ada 2 muara di kiri dan kanan. Muara ini disebut ostium ejaculatorium. Kadang-kadang muaranya terpisah, yaitu muara kelenjar vesicularis berada di bagian cranial dari kelenjar ampula. Sekresi kelenjar ini banyak mengandung protein, potasium, fruktosa, asam sitrat, asam askorbut, vitamin dan enzim, warnanya kekuning-kuningan karena banyak menagndung flavin dengan pH 5,7-6,2. Sekresi kelenjar vesicularis pada sapi merupakan 50% dari total volume ejakulasi.
7.    Kelenjar Prostata
Pada sapi kelenjar prostata berjumlah sepasang, berbentuk bulat dan tidak berlobus. Kelenjar prostata terdiri dari 2 bagian, badan prosatata dan prostata yang cryptik. Bagian badan prosatata terdapat di belakang ampula dekat diatas urethra pars pelvina, sehingga disebut corpus prostata. Kelenjar prostata berfungsi sebagai penghasil cairan yang encer dan mengandung ion organik (Na, Cl, Ca, Mg) dengan pH lebih besar dari 7,0.
8.    Kelenjar bulbourethralis
Kelenjar bulbourethralis berjumlah sepasang, terdapat di sebelah kanan dan kiri urethra bulbourethralis, dibawah musculus bulbo spongiosus. Pada sapi kelenjar ini sebesar buah kemiri, padat dan mempunyai kapsul. Kelenjar bulbourethralis berfungsi sebagai penghasil getah kental yang berfungsi sebagai pembersih saluran reproduksi dari sisa-sisa urine.
9.    Penis
Penis merupakan organ kopulatoris pada hewan jantan, mempunyai tugas ganda yaitu pengeluaran urine dan peletakan semen ke dalam saluran reproduksi hewan betina. Penis berbentuk silinder panjang dan bersifat fibroelastik atau kenyal. Penis terdiri dari akar atau pangkal, badan penis dan ujung penis atau gland penis. Dalam keadaan relaks ada bagian yang membengkok membentuk huruf S, bagian ini disebut flexera sigmodea. Untuk memanjang dan memendek penis dilengkapi dengan musculus retraktor penis yaitu otot yang dapat merelaks dan mengkerut (kontraksi), dan corpus cavernosum penis yaitu otot yang dapat menegakan penis. Penis mempunyai dua fungsi yaitu untuk menyemprotkan sperma ke dalam alat reproduksi betina dan untuk lewatnya urine.
v Alat reproduksi ternak betina
            Reproduksi hewan betina adalah suatu proses yang kompleks yang melibatkan seluruh tubuh hewan itu. Sistem reproduksi akan berfungsi bila makhluk hidup khususnya hewan ternak dalam hal ini sudah memasuki sexual maturity atau dewasa kelamin. Setelah mengalami dewasa kelamin, alat-alat reproduksinya akan mulai berkembang dan proses reproduksi dapat berlangsung baik ternak jantan maupun betina. Sistem reproduksi pada betina terdiri atas ovarium dan sistem duktus. Sistem tersebut tidak hanya menerima telur-telur yang diovulasikan oleh ovarium dan membawa telur-telur ke tempat implantasi yaitu uterus, tetapi juga menerima sperma dan membawanya ke tempat fertilisasi yaitu oviduk.
Pada mamalia, ovarium dan bagian duktus dari sistem reproduksi berhubungan satu dengan yang lain dan melekat pada dinding tubuh dengan sebuah seri dari ligamen-ligamen. Ovarium menerima suplai darah dan suplai saraf melalui hilus yang juga melekat pada uterus. Oviduk berada di dalam lipatan mesosalpink, sedangkan mesosalpink melekat pada ligamen ovarium. Ligamen ini melanjutkan diri ke ligamen inguinal, yang homolog dengan gubernakulum testis. Bagian ligamen ini membentuk ligamen bulat pada uterus yang kemudian melebarkan diri dari uterus ke daerah inguinal.
Alat-alat reproduksi betina terletak di dalam cavum pelvis (rongga pinggul). Cavum pelvis dibentuk oleh tulang-tulang sacrum, vertebra coccygea kesatu sampai ketiga dan oleh dua os coxae. Os coxae dibentuk oleh ilium, ischium dan pubis. Secara anatomi alat reproduksi betina dapat dibagi menjadi : ovarium, oviduct, uterus, cervix, vagina dan vulva.
1.    Ovarium
Ovarium adalah organ primer (atau esensial) reproduksi pada betina seperti halnya testes pada hewan. Ovari dapat dianggap bersifat endokrin atau sitogenik (menghasilkan sel) karena mampu menghasilkan hormon yang akan diserap langsung ke dalam peredaran darah, dan juga ovum.
Ovarium merupakan sepasang kelenjar yang terdiri dari ovari kanan yang terletak di belakang ginjal kanan dan ovari kiri yang terletak di belakang ginjal kiri. Ovarium seekor sapi betina bentuknya menyerupai biji buah almond dengan berat rata-rata 10 sampai 20 gram. Sebagai perbandingan, pada sapi jantan dimana ”biji” pejantan berkembang di tubulus seminiferus yang letaknya di dalam pada betina jaringan yang menghasilkan ovum (telur) berada sangat dekat dengan permukaan ovari.
Ovarium terletak di dalam rongga perut berfungsi untuk memproduksi ovum dan sebagai penghasil hormon estrogen, progesteron dan inhibin. Ovarium digantung oleh suatu ligamentum yang disebut mesovarium yang tersusun atas syaraf-syaraf dan pembuluh darah, berfungsi untuk mensuplai makanan yang diperlukan oleh ovarium dan sebagai saluran reproduksi. Ovarium pada preparat praktikum ini berbentuk lonjong bulat.
Fungsi ovarium sendiri adalah memproduksi ovum, penghasil hormon estrogen, progesteron dan inhibin.
Pada semua hewan menyusui mempunyai sepasang ovarium dan mempunyai ukuran yang berbeda-beda tergantung pada species, umur dan masa (stadium) reproduksi hewan betina. Bentuk ovarium tergantung pada golongan hewan:
1. Pada golongan hewan yang melahirkan beberapa anak dalam satu kebuntingan disebut Polytocous, ovariumnya berbentuk seperti buah murbei, contoh: babi, anjing, kucing
2. Pada golongan hewan yang melahirkan satu anak dalam satu kebuntingan disebut Monotocous, ovariumnya berbentuk bulat panjang oval, contoh: sapi, kerbau, sedang pada ovarium kuda bebentuknya seperti ginjal.
Ovarium mengandung folikel-folikel yang di dalamnya terdapat masing-masing satu ovum. Pembentukan dan pertumbuhan folikel ini dipengaruhi oleh hormon FSH (Folicle stimulating hormone) yang dihasilkan oleh kelenjar adenohipofise. Folikel di dalam ovarium terdiri dari beberapa tahap yaitu folikel primer, terbentuk sejak masih dalam kandungan dan mengandung oogonium yang dikelilingi oleh satu lapis sel folikuler kecil; folikel sekunder, terbentuk setelah hewan lahir dan sel folikulernya lebih banyak; folikel tertier, terbentuk pada saat hewan mencapai dewasa dan mulai mengalami siklus birahi; dan yang terakhir adalah folikel de Graaf, merupakan folikel terbesar pada ovarium pada waktu hewan betina menjelang birahi.
Folikel de Graaf inilah yang akan siap diovulasikan (peristiwa keluarnya ovum dari folikel) dan jumlahnya hanya satu karena sapi merupakan hewan monotokosa yang menghasilkan satu keturunan setiap kebuntingan. Peristiwa ovulasi diawali dengan robeknya folikel de Graaf pada bagian stigma dipengaruhi oleh hormon LH (Luteinizing hormone) yang dihasilkan oleh kelenjar adenohipifise. LH menyebabkan aliran darah di sekitar folikel meningkat dan menyebabkan dinding olikel pecah. Bekas tempat ovum yang baru keluar disebut corpus haemorragicum yang dapat kemasukan darah akibat meningkatnya aliran darah dan menjadi merah, setelah itu terbentuk corpus luteum (berwarna coklat) yang akan menghasilkan hormon progesteron untuk mempertahankan kebuntingan dan menghambat prostaglandin. Sehingga pada saat bunting tidak terjadi ovulasi karena prostaglandin yang mempengaruhi hormon estrogen dan FSH.
Apabila pembuahan tidak terjadi, corpus luteum bertambah ukurannya di bawah hormon pituitari anterior yaitu prolaktin dan dibentuklah hormon progesteron yang menekan birahi yang berkepanjangan dan memepertahankan kebuntingan (Blakely and Bade, 1998).
2.    Oviduct
Oviduct merupakan saluran yang bertugas untuk menghantarkan sel telur (ovum) dari ovarium ke uterus. Oviduct digantung oleh suatu ligamentum yaitu mesosalpink yang merupakan saluran kecil yang berkelok-kelok dari depan ovarium dan berlanjut di tanduk uterus.
Oviduct terbagi menjadi 3 bagian. Pertama adalah infundibulum, yaitu ujung oviduct yang letaknya paling dekat dengan ovarium. Infundibulum memiliki mulut dengan bentuk berjumbai yang berfungsi untuk menangkap ovum yang telah diovulasikan oleh ovarium. Mulut infundibulum ini disebut fimbria. Salah satu ujungnya menempel pada ovarium sehinga pada saat ovulasi dapat menangkap ovum. Sedangkan lubang infundibulum yang dilewati ovum menuju uterus disebut ostium. Setelah ovum ditangkap oleh fimbria, kemudian menuju ampula yaitu bagian oviduct yang kedua, di tempat inilah akan terjadi fertilisasi. Sel spermatozoa akan menunggu ovum di ampula untuk dibuahi. Panjang ampula merupakan setengah dari panjang oviduct. Ampula bersambung dengan bagian oviduct yang terakhir yaitu isthmus. Bagian yang membatasi antara ampula dengan isthmus disebut ampulary ismich junction. Isthmus dihubungkan langsung ke uterus bagian cornu (tanduk) sehingga di antara keduanya dibatasi oleh utero tubal junction.
Dinding oviduct terdiri atas 3 lapisan yaitu membrana serosa merupakan lapisan terdiri dari jaringan ikat dan paling besar, membrana muscularis merupakan lapisan otot dan membrana mucosa merupakan lapisan yang membatasi lumen.
Fungsi oviduct :
1.menerima sel telur yang diovulasikan oleh ovarium,
2.transport spermatozoa dari uterus menuju tempat pembuahan
3.tempat pertemuan antara ovum dan spermatozoa (fertilisasi)
4.tempat terjadinya kapasitasi spermatozoa
5.memproduksi cairan sebagai media pembuahan dan kapasitasi spermatozoa
6.transport yang telah dibuahi (zigot) menuju uterus.

Menurut Bearden and Fuquay (1997) panjang oviduct untuk kebanyakan spesies ternak adalah 20 sampai 30 cm.
3.    Uterus
Uterus merupakan struktur saluran muskuler yang diperlukan untuk menerima ovum yang telah dibuahi dan perkembangan zigot. Uterus digantung oleh ligamentum yaitu mesometrium yaitu saluran yang bertaut pada dinding ruang abdomen dan ruang pelvis. Dinding uterus terdapat 3 lapisan, lapisan dalam disebut endometrium, lapisan tengah disebut myometrium dan lapisan luar disebut perimetrium.
Uterus terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama adalah cornu uteri atau tanduk uterus. Cornu uteri ini jumlahnya ada 2 dan persis menyerupai tanduk yang melengkung. Cornu uteri merupakan bagian uterus yang berhubungan dengan oviduct. Kedua cornu ini memiliki satu badan uterus yang disebut corpus uteri dan merupakan bagian uterus yang kedua. Corpus uteri berfungsi sebagai tempat perkembangan embrio dan implantasi. Selain itu pada corpus uteri terbentuk PGF2 alfa. Bagian uterus yang ketiga adalah cervix atau leher uterus.
Bentuk-bentuk uterus ada 3, yaitu: 1) uterus bicornus: cornu uteri sangat panjang tetapi corpus uteri sangat pendek. Contoh pada babi. 2) uterus bipartinus: corpus uteri sangat panjang dan di antara kedua cornu terdapat penyekat. Contoh pada sapi cornunya membentuk spiral. 3) uterus duplex: cervixnya terdapat dinding penyekat. Contoh: uterus pada kelinci dan marmut. 4) uterus simple: bentuknya seperti buah pir. Contoh: uterus pada manusia dan primata.
Fungsi uterus: 1) saluran yang dilewati gamet (spermatozoa). Spermatozoa akan membuahi sel telur pada ampula. Secara otomatis untuk mencapai ampulla akan melewati uterus dahulu. 2) tempat terjadinya implantasi. Implantasi adalah penempelan emrio pada endometrium uterus. 3) tempat pertumbuhan dan perkembangan embrio. 4) berperan pada proses kelahiran (parturisi). 5) pada hewan betina yang tidak bunting berfungsi mengatur siklus estrus dan fungsi corpus luteum dengan memproduksi PGF2 alfa.
Di dalam uterus terdapat curuncula yang berfungsi untuk melindungi embrio pada saat ternak bunting. Hasil pengukuran uterus pada praktikum ini, panjang corpus uteri adalah 20 cm, panjang cornu uteri adalah 13 cm. Menurut Lindsay et al., (1982) bahwa uterus pada sapi yang tidak bunting memiliki diameter 5 sampai 6 cm. Perbedaan ini dipengaruhi oleh umur, bangsa ataupun kondisi ternak.
4.    Cervix
Cervix terletak di antara uterus dan vagina sehingga dikatakan sebagai pintu masuk ke dalam uterus. Cervix ini tersusun atas otot daging sphincter. Terdapat lumen cervix yang terbentuk dari gelang penonjolan mucosa cervix dan akan menutup pada saat terjadi estrus dan kelahiran. Cervix menghasilkan cairan yang dapat memberi jalan pada spermatozoa menuju ampula dan untuk menyeleksi sperma.
Selama birahi dan kopulasi, serviks berperan sebagai masuknya sperma. Jika kemudian terjadi kebuntingan saluran uterin itu tertutup dengan sempurna guna melindungi fetus. Beberapa saat sebelum kelahiran, pintu itu mulai terbuka, serviks mengembang, hingga fetus dan membran dapat melaluinya pada saat kelahiran (Blakeli and Bade, 1998).
Fungsi dari cervix adalah menutup lumen uterus sehingga menutup kemungkinan untuk masuknya mikroorganisme ke dalam uterus dan sebagai tempat reservoir spermatozoa.
5.    Vagina
Vagina adalah organ reproduksi hewan betina yang terletak di dalam pelvis di antara uterus dan vulva. Vagina memiliki membran mukosa disebut epitel squamosa berstrata yang tidak berkelenjar tetapi pada sapi berkelenjar. pada bagian kranial dari vagina terdapat beberapa sel mukosa yang berdekatan dengan cervix.
Vagina terdiri dari 2 bagian yaitu vestibulum yang letaknya dekat dengan vulva serta merupakan saluran reproduksi dan saluran keluarnya urin dan yang kedua adalah portio vaginalis cervixis yang letaknya dari batas antara keduanya hingga cervix. Vestibulum dan portio vaginalis cervixis dibatasi oleh suatu selaput pembatas yang disebut himen.
Fungsi dari vagina adalah sebagai alat kopulasi dan tempat sperma dideposisikan; berperan sebagai saluran keluarnya sekresi cervix, uterus dan oviduct; dan sebagai jalan peranakan saat proses beranak. Vagina akan mengembang agar fetus dan membran dapat keluar pada waktunya.
Menurut Toelihere (1981), pada hewan yang tidak bunting panjang vagina sapi mencapai 25,0 sampai 30,0 cm. Variasi ukuran vagina ini tergantung pada jenis hewan, umur dan frekuensi beranak (semakin sering beranak, vagina semakin lebar).
6.    Vulva
Vulva merupakan alat reproduksi hewan betina bagian luar. Vulva terdiri dari dua bagian. Bagian luar disebut labia mayora dan bagian dalamnya disebut labia minora. Labia minora homolog dengan preputium pada hewan jantan sedangkan labia mayora homolog dengan skrotum pada hewan jantan.
Pertautan antara vagina dan vulva ditandai oleh orifis uretral eksternal atau oleh suatu pematang pada posisi kranial terhadap uretral eksteral yaitu himen vestigial. Himen tersebut rapat sehingga mempengaruhi kopulasi. Vulva akan menjadi tegang karena bertambahnya volume darah yang mengalir ke dalamnya.
7.    Klitoris
Klitoris merupakan alat reproduksi betina bagian luar yang homolog dengan gland penis pada hewan jantan yang terletak pada sisi ventral sekitar 1 cm dalam labia. Klitoris terdiri atas dua krura atau akar badan dan kepala (glans). Klitoris terdiri atau jaringan erektil yang tertutup oleh epitel skuamusa berstrata. Selain itu klitoris juga mengandung saraf perasa yang berperan pada saat kopulasi. Klitoris akan berereksi pada hewan yang sedang estrus. Fungsi dari klitoris ini membantu dalam perkawinan.
Hasil dari praktikum vagina buatan:
Penggunaan Vagina Buatan (VB) merupakan metode yang umum digunakan untuk menampung semen pejantan sapi perah dan sapi potong di pusat-pusat inseminasi buatan. Metode ini dapat mengatasi kekurangan-kekurangan dan kerugian-kerugian dari metode pengurutan dan elektroejakulator. Kelebihan dari metode ini aalahsemen yang dihasilkan lebih bersih, kualitas lebih baik, maksimal dan spontan keluar. Model Vagina Buatan telah disempurnakan dan dimodifikasi oleh beberapa peneliti. Yangumum digunakan di Indonesia adalah model Denmark dengan panjang silinder 40,7 cm
Gambar hasil praktikum vagina buatan:
 
Menurut Salisbury and VanDemark (1985) menyatakan bahwa penggunaan vagina buatan untuk menampung semen sapi telah dipakai secara luas. Pejantan akan menaiki sapi betina pemancing dan akan berejakulasi pada waktu penis dimasukkan ke dalam vagina buatan. Vagina buatan terdiri dari silinder karet tebal dan keras, di dalamnya dilapisi silinder karet tipis dan merupakan kantung yang dapat diisi air panas. Salah satu ujung vagina buatan dipasang karet berbentuk corong untuk menampung semen. Vagina buatan yang telah diisi air panas dan di bagian dalam diberi pelicin, akan berfungsi untuk menampung semen.
Histologi ovarium, menurut Sembiring (2005) yang menyatakan bahwa pada betina ovarium berfungsi menghasilkan ovum dan hormon (estrogen dan progestron) jika sel telur pada ovarium telah masak, akan dilepaskan dari ovarium, pelepasan telur dari ovarium disebut ovulasi. Untuk menghasilkan histologi ovarium ada beberapa metoda yaitu dengan metoda cacahan, sayatan dan aspirasi.
Motalitas sperma, Spermatozoid atau sel sperma atau spermatozoa (berasal dari Bahasa Yunani Kuno yang berarti benih dan makhluk hidup) adalah sel dari sistem reproduksi jantan. Sel sperma akan membentuk zigot. Zigot adalah sebuah sel dengan kromosom lengkap yang akan berkembang menjadi embrio. Peran aktif spermatozoon sebagai gamet jantan sehingga penting pada keberhasilan munculnya individu baru oleh karena itu di dalam reproduksi sering diperlukan adanya standar kualitas spermatozoa. Analisis sperma yang dimaksud meliputi pemeriksaan jumlah milt yang dapat distriping dari seekor ikan jantan masak kelamin, kekentalan sperma, warna, bau, jumlah spermatozoa mati, motilitas (bila mungkin kemampuan gerak per menit) dan morfologi (ukuran dan bentuk kepala, ukuran ekor, berbagai penyimpangan, ada tidaknya akrosoma).
Kepala spermatozoa bentuknya bervariasi. Isinya adalah inti (di dalamnya terkandung material genetik) haploid yang berupa kantong berisi sekresi-sekresi enzim hidrolitik. Spermatozoa yang kontak dengan telur, isi akrosomnya dikeluarkan secara eksositosis yang disebut dengan reaksi akrosom (Sistina, 2000).
Hasil yang didapat dari masing-masing kelompok yaitu sebagai berikut:
Kel.
Air biasa
Jenis sapi
Air panas
Jenis sapi
1.
50
Bali
29,3
Bali
2.
63,75
FH
73,12
FH
3.
60
Bali
76
FH
4.
60
FH
0
Bali
5.
64,3
Limosin
29,3
Limosin
6.
64
Limosin
0
FH
7.
51
FH
76
FH
8.
47,5
FH
0
Bali
9.
66,25
Bali
0
Bali

 
PENUTUP
Kesimpulan
Dari hasil pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa sinkronisasi adalah suatu pengendalian estrus yang dilakukan pada sekelompok ternak betina sehat dengan memanipulasi mekanisme hormonal, sehingga keserentakan estrus dan ovulasi dapat terjadi pada hari yang sama atau dalam kurun 2 atau 3 hari setelah perlakuan dilepas, sehingga Inseminasi Buatan dapat dilakukan serentak.
Gejala- Gejala birahi selama estrus, sapi betina menjadi sangat tidak tenang, kurang nafsu makan, dan kadang - kadang menaiki sapi - sapi betina lain dan akan diam berdiri bila dinaiki. Vulva tersebut akan membengkak, memerah dan basah.
Inseminasi Buatan (IB) atau kawin suntik adalah suatu cara atau teknik untuk memasukkan mani (spermatozoa atau semen) yang telah dicairkan dan telah diproses terlebih dahulu yang berasal dari ternak jantan ke dalam saluran alat kelamin betina dengan menggunakan metode dan alat khusus yang disebut ‘insemination gun‘.
Bagian-bagian alat kelamin jantan terdiri dari; testis, epididymis, ductus deferen, urethra, penis, dan kelenjar-kelenjar asesoris dan alat reproduksi betina dapat dibagi menjadi : ovarium, oviduct, uterus, cervix, vagina dan vulva.
Penggunaan Vagina Buatan (VB) merupakan metode yang umum digunakan untuk menampung semen pejantan sapi perah dan sapi potong di pusat-pusat inseminasi buatan.
Spermatozoid atau sel sperma atau spermatozoa (berasal dari Bahasa Yunani Kuno yang berarti benih dan makhluk hidup) adalah sel dari sistem reproduksi jantan. Sel sperma akan membentuk zigot.

Saran
Saran yang penulis harapkan yaitu untuk kedepannya agar lebih baik lagi sehingga praktikum dapat berjalan dengan lancar tanpa mengulang. Terima kasih

DAFTAR PUSTAKA
Achyadi, K. R., 2009.Deteksi Birahi pada Ternak Sapi. Tesis MS Pascasarjana IPB. Bogor.
Bindon, B. M. dan L. R. Piper., 2008. Physiology Base of Ovarian Response to PMSG in Sheep and Cattle, In Embryo Tranfer In Cattle, Sheep and Goats. Aust.Soc. Passpart to the Year 2000. Alltech’s.
Bowen, R. A. dan M. H. Pineda., 2010. Deteksion Estrus of Cow. In L. E. Mc Donald dan M. H. Pineda : Veterinary Endocrinology and Reproduction. Lea and Febiger.
Brown. 1992. Buku Teks Histologi Veteriner II Edisi Ketiga. UI-Press. Jakarta

Del Vecchio,R.P; Sutherland,W.D. and Sasser, R.G. 1995. Effect of pregnancy specific protein B on luteal cell progesterone, prostaglandin and oxytocin production during two stages of the bovine estrous cycle. J.Anim.Sci. 73 : 2662.
Frandson, R.D. 1993. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Philladelphia, London.
Hafes ESE. 1993. Reproduction in Farm Animal.6 th Ed. Lea and Febiger. Philadelphia
Hidayaturrahmah. 2007. Waktu Motilitas Dan Viabilitas Spermatozoa Ikan Mas (Cyprinus carpio L.) Pada Beberapa Konsentrasi Larutan Fruktosa.Universitas Lambung Mangkurat, Kalimantan Selatan.
Husnurrizal. 2008. Sinkronisasi birahi dengan preparat hormon prostaglandin (pgf2a). Lab. Reproduksi. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala.
Hardjopranjoto, Soehartojo. 1995. Ilmu Kemajiran pada Ternak. Surabaya: Airlangga University Press
Iman dan Fahriyan., 2002Siklus Estrus Of Cow. Pusat Antar Universitas Bioteknologi IPB. Bogor
Salisbury, G.W dan N.L. Vandemark, 1985, Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi Buatan Pada Sapi, diterjemahkan R. Djanuar, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Sembiring , Langkah dkk, 2005, Biologi SMA, Sunda Kelapa Pustaka : Jakarta
Sistina,Yulia.2000. BiologiReproduksi. FakultasBiologiUnsoed, Purwokerto
Toelihere, Mozes. 1981. Fisiologi Toelihere, Mozes. 1981. Fisiologi Reproduksi Pada Ternak.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar