LAPORAN SEMESTER PRAKTIKUM
TEKNOLOGI REPRODUKSI
OLEH:
SYAMSUL
MU’ARIF
E10011083
C
FAKULTAS
PETERNAKAN
UNIVERSITAS
JAMBI
2013
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sinkronisasi
adalah suatu pengendalian estrus yang dilakukan pada sekelompok ternak betina
sehat dengan memanipulasi mekanisme hormonal, sehingga keserentakan estrus dan
ovulasi dapat terjadi pada hari yang sama atau dalam kurun 2 atau 3 hari
setelah perlakuan dilepas, sehingga Inseminasi Buatan dapat dilakukan serentak.
Suatu cara untuk mengatasi problema
sulitnya deteksi berahi yaitu dengan cara penerapan teknis sinkronisasi birahi,
baik dengan menggunakan sediaan Progesteron dan Prostaglandin (PGF2a). Dengan
tehnik ini problema deteksi berahi dapat dieliminir, sehingga pelaksanaan
inseminasi buatan dapat dioptimalisasi.
Penyerentakan
berahi atau sinkronisasi estrus adalah usaha yang bertujuan untuk mensinkronkan
kondisi reproduksi ternak sapi donor dan resipien. Sinkronisasi estrus umumnya
menggunakan hormon prostaglandin (PGF2a) atau kombinasi hormon progesteron
dengan PGF2a. Penggunaan teknik sinkronisasi berahi akan mampu meningkatkan
efisiensi produksi dan reproduksi kelompok ternak, serta mengoptimalisasi
pelaksanaan inseminasi buatan, mengurangi waktu dan memudahkan observasi
deteksi berahi, dapat menentukan jadwal kelahiran yang diharapkan, menurunkan
usia pubertas pada sapi dara, penghematan dan efisiensi tenaga kerja inseminator
karena dapat mengawinkan ternak pada suatu daerah pada saat yang bersamaan.
Pada
ternak mamalia dewasa fluktuasi berbagai hormon reproduksi dikenal sebagai
siklus estrus yang terdiri atas proestrus, estrus, mesestrus dan diestrus atau
secara global umunya dikenal dengan phase folikel (fase pertumbuhan, yang
ditandai dengan level estrogen tinggi, sedangkan fase luteal memiliki waktu
yang cukup panjang ditandai dengan perkembangan corpus luteum dan kadar
progreteron tinggi) sekresi FSH terjadi secara ritmis selama 4-5 hari sebelum
birahi, menjelang fase luteal berakhir konsentrasi FSH dalam plasma meningkat
dan akan merangsang pertumbuhan folikel.
Reproduksi adalah suatu proses perkembangbiakan pada ternak yang diawali
dengan bersatunya sel telur (ovum) dengan sel mani (sperma) sehingga terbentuk
zigot kemudian embrio hingga fetus dan diakhiri dengan apa yang disebut dengan
kelahiran. Pada proses reproduksi ini menyangkut hewan betina dan jantan.
Secara umum, proses reproduksi ini melibatkan dua hal yakni, sel telur atau
yang biasa disebut dengan ovum dan sel mani atau yang biasanya disebut dengan
sperma. Ovum sendiri dihasilkan olah ternak betina melalui proses ovulasi
setelah melalui beberapa tahap perkembangan folikel, sedangkan sperma
diproduksi oleh ternak jantan melalui proses spermatogenesis (proses
pembentukan sel gamet jantan atau sperma yang terjadi di dalam testis tepatnya
pada tubulus seminiferus).
Pelaksanaan program Inseminasi Buatan (IB) atau kawin suntik pada sapi
telah dimulai sejak tahun 1950-an. Dalam pelaksanaannya, operasional program
inseminasi buatan ditangani oleh seorang petugas inseminator. Tingkat
keberhasilan kerja seorang inseminator dapat diukur dengan peningkatan
persentase kelahiran anak sapi sehingga membantu peningkatan populasi ternak
ini. Karena bibit semen beku jantan yang dipergunakan berasal dari sapi jantan
unggul, makaanak sapi yang dilahirkan juga diharapkan memiliki sifat-sifat
unggul.
Penggunaan
Vagina Buatan (VB) merupakan metode yang umum digunakan untuk menampung semen
pejantan sapi perah dan sapi potong di pusat-pusat inseminasi buatan. Metode
ini dapat mengatasi kekurangan-kekurangan dan kerugian-kerugian dari metode
pengurutan dan elektroejakulator. Kelebihan dari metode ini aalahsemen yang
dihasilkan lebih bersih, kualitas lebih baik, maksimal dan spontan keluar.
Model Vagina Buatan telah disempurnakan dan dimodifikasi oleh beberapa
peneliti. Yang umum digunakan di Indonesia adalah model Denmark dengan panjang
silinder 40,7 cm.
Ovarium merupakan
alat reproduksi betina yang berfungsi ovum (sel telur) dan menghasilkan
hormon esterogen dan progesteron.
Ovarium pada
sapi berbentuk bulat telur. Ukurannya relatif kecil dibanding dengan besar
tubuhnya. Ukurannya adalah panjang 2 sampai 3 cm, lebar 1 sampai 2 cm, tebal 1
sampai 2 cm, dan beratnya berkisar antara 15 sampai 19 gram.
Spermatozoid
atau sel sperma atau spermatozoa (berasal dari Bahasa Yunani Kuno yang berarti
benih dan makhluk hidup) adalah sel dari sistem reproduksi jantan. Sel sperma
akan membentuk zigot. Zigot adalah sebuah sel dengan kromosom lengkap yang akan
berkembang menjadi embrio. Peran aktif spermatozoon sebagai gamet jantan
sehingga penting pada keberhasilan munculnya individu baru oleh karena itu di
dalam reproduksi sering diperlukan adanya standar kualitas spermatozoa.
Analisis sperma yang dimaksud meliputi pemeriksaan jumlah milt yang dapat
distriping dari seekor ikan jantan masak kelamin, kekentalan sperma, warna,
bau, jumlah spermatozoa mati, motilitas (bila mungkin kemampuan gerak per
menit) dan morfologi (ukuran dan bentuk kepala, ukuran ekor, berbagai
penyimpangan, ada tidaknya akrosoma).
Tujuan dan
Manfaat
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui proses sikronisasi
estrus dengan hormon PGF2α pada ternak sapi, untuk melihat
dan mengamati tingkah laku birahi ternak sapi betina beserta fase-fasenya baik
secara langsung (visual) maupun secara fisiologis, mengetahui tata cara dan prosedur pelaksanaan Inseminasi Buatan ( IB ),
Mengetahui cara yang tepat melakukan IB, Mengetahui manfaat dari penerapan IB, untuk
mengetahui bagian-bagian dari alat reproduksi ternak betina maupun jantan,
untuk menampung semen dengan metoda vagina buatan, untuk
mengetahui tahap-tahap perkembangan folikel pada ovarium dan untuk mengetahui
motilitas pada sperma.
Manfaatnya
adalah mahasiswa dapat mengetahui bagaimana langkah-langkah dan teknik
penampungan semen sebelum melakukan IB, mengetahui bagian dari alat reproduksi
ternak dan mengetahui mortilitas pada sperma.
TINJAUAN PUSTAKA
Selama
estrus, sapi betina menjadi sangat tidak tenang, kurang nafsu makan, dan kadang
– kadang menaiki sapi – sapi betina lain dan akan diam berdiri bila dinaiki.
Vulva tersebut akan membengkak. Memerah dan penuh dengan sekresi mucus
transparan yang menggantung dari vulva atau terlihat di pangkal ekor. (Achyadi,
K. R., 2009).
Semakin
encer semen ikan maka kadar sodium yang terdapat dalam semen semakin tinggi,
sehingga motilitas dan fertilitas spermatozoa semakin tinggi (Aas et. 1991).
Testis
adalah organ reproduksi primer pada ternak jantan, karena berfungsi
menghasilkan gamet jantan (spermatozoa) dan hormone kelamin jantan (androgens).
Testes berlokasi di dekat ginjal turun melalui canalis inguinalis masuk ke
dalam scrotum. Turunnya testes terjadi akibat memendeknya gubernaculum, sebuah
ligamentum yang memanjang dari daerah inguinalis kemudian bertaut pada cauda
epididymis. Pemendekan gubernaculum terjadi karena pertumbuhan gubernaculum
tidak secepat pertumbuhan tubuh (Anonima, 2010).
Berhentinya
estrus sesudah perkawinan merupakan indikasi yang baik bahwa kebuntingan telah
terjadi. Akan tetapi dapat juga terjadi pada 3 sampai 5 % sapi – sapi yang
bunting selama 3 bulan pertama masa kebuntingan walaupun dapat terjadi dalam
bulan–bulan yang lebih tua. (Achyadi, K. R., 2009).
Sebuah
sinyal ciri estrus adalah lordosis refleks, di mana hewan secara spontan
mengangkat dirinya bagian belakangnya. Dalam beberapa spesies, vulvae adalah
memerah. Ovulasi dapat terjadi secara spontan dalam beberapa spesies (misalnya sapi),
sedangkan di lain itu disebabkan oleh persetubuhan (misalnya kucing). Jika
tidak ada persetubuhan dalam diinduksi ovulator, estrus dapat terus selama
beberapa hari, diikuti dengan 'interestrus,' dan fase estrus mulai lagi sampai
sanggama dan ovulasi terjadi. (Bindon, B. M. dan L. R. Piper., 2008).
Folikel
primordial disebut juga folikel primer muda (awal) yang dikelilingi oleh epitel
pipih selapis. Folikel folikel primer terdiri dari oosit primer yang
dikelilingi oleh epitel pipih atau epitel kubu sel pipih yang disebut juga sel
sel folikel (Brown 1992).
Level
hormon reproduksi bersifat fluktuatif sesuai dengan pola reguler dan tetap,
pola tersebut merupakan hasil interaksi dari sejumlah organ dengan hormon.
(Bowen, R. A. dan M. H. Pineda., 2010).
Tunika
albuginea memiliki sedikit sel otot polos yang tersebar didalamnya, sehingga
mengakibatkan perbedaan ukuran pada berbagai jenis ternak (Brown, 1992).
Folikel
ovari matang dan kadar estrogen di atas ambang (threshold) akan berespon
terhadap hipothalamus untuk menekan pelepasan FSH dan selanjutnya memfasilitasi
pelepasan LH untuk menandai proses ovulasi (Donald dan Pineda, 1980; Intervet,
1998).
Progesteron
mempunyai peran dominan selama kebuntingan terutama pada tahap-tahap awal.
Apabila dalam uterus tidak terdapat embrio selang beberapa hari maka
PGF2α akan dikeluarkan dari endometrium dan disalurkan melalui pola sirkulasi
ke ovarium yang dapat menyebabkan regresinya corpus luteum. Apabila PGF2α
diinjeksikan pada awal kebuntingan , maka kebuntingan tersebut akan berakhir.
Oleh sebab itu, embrio pregnancy-specific protein B (PSPB) dan kemampuannya
nyata dalam meningkatkan sintesa endomerial dari prostaglandin E2 (PGE2) (Del
Vecchio et al. 1990).
Suhu
mempengaruhi daya tahan hidup sperma, peningkatan suhu akan meningkatkan kadar
metabolisme yang dapat mengurangi daya tahan hidup sperma (Effendi dan Muhamad
Tang 2002).
Kerja
LH dan FSH untuk menstimulasi pematangan folikel LH menyebabkan ovulasi dengan
menggertak pemerasan didnding sel dalam pelepasan ovum, yang mungkin juga ikut
berpengaruh terhadap pembentukan corpus luteum yang berasal dari folikel yang
sudah pecah (Frandson 1998).
Sikronisasi
ini mengarah pada hambatan ovulasi dan penundaan aktivitas regresi Corpus
Luteum (CL) (Hafes, 1993).
Pemberian
PGF2α analog dapat menyebabkan luteolisis melalui penyempitan vena ovarica yang
menyebabkan berkurangnya aliran darah dalam ovarium. Berkurangnya aliran darah
ini menyebabkan regresi sel-sel luteal. Regresi sel-sel luteal menyebabkan
produksi progesteron menurun menuju kadar basal mendekati nol nmol/lt, dimana
saat-saat terjadinya gejala berahi. Regresi korpus luteum menyebabkan penurunan
produksi progesteron (Husnurrizal. 2008).
Penggunaan
larutan fisiologis yang mengandung NaCl dan urea karna dapat mempertahankan
daya hidup spermatozoa antara 20-25 menit. larutan fisiologis lebih kecil dari
NaCl 0,9 % (0,8 %; 0,6 %; 0,3 %; 0,1 %) disebut hipotonis. larutanfisiologis
lbh besar dari NaCl 0,9 % ( 1 %; 2 %) disebut hipertonis (hidayaturahmah (2007).
Hipothalamus,
hipofisa, gonad dan plasenta merupakan kelenjar endokrin reproduksi, kelenjar
ini akan bekerja sama secara konser dan membuat suatu putaran interkoneksi yang
dikenal sebagai poros Hipothalamus-hipofisagonadal (Iman dan Fahriyan, 2002).
Lapisan
luar dari testis adalah tunica albuginea testis, merupakan membrane jaringan
ikat elastis berwarna putih serta parenchyma ini berwarna kekuningan. Sedingga
warna testes akan terlihat putih ataupun kekuningan (Keiko 2009).
Folikel
pada ovarium mengalami beberapa tahap perkembangan yang diawali dengan folikel
primer dimana terbetuk lapisan tebal dibawah tunica albugenia. Pertumbuhan
folikel terjadi pada hewan betina yang masih dalam kandungan dan setelah lahir
(Nalbandov 1990).
Menurut
Penuntun Praktikum Histologi Hewan (2012), alat reproduksi betina terdiri dari
atas ovarium, tuba fallopi, uterus, dan vagina.
Semen
diteteskan dengan batang kaca pada kertas pH berukuran warna penunjuk, pH
normal ialah 7,2 – 7,8. Volume normal semen sekali diejakulasi sekitar 2,0
sampai 3,0 ml, ada juga yang sampai 4,5 ml. Jika volume kurang dari 1 ml, ada
kemungkinan tak beresnya prostate dan vesicula seminalis yang merupakan
penghasil utama plasma semen. Konsentrasi atau jumlah spermatozoa/ml semen,
dihitung dengan hemocytometer Neubauer. Dihitung dengan melihatnya di bawah
mikroskop perbesaran 450x. Menurut Rehan et al., (1975) dalam Yatim (1984).
Terlambatnya
siklus birahi kembali setelah beranak adalah infeksi primer, trauma partus
retentio secundinarum, ketidakseimbangan nutrisi, kurang gerak, stress laktasi,
predisposisi keturunan, dan thyroid insufiensi( Sonjaya 2005).
Penggunaan vagina buatan untuk menampung semen sapi telah dipakai secara
luas. Pejantan akan menaiki sapi betina pemancing dan akan berejakulasi pada
waktu penis dimasukkan ke dalam vagina buatan. Vagina buatan terdiri dari
silinder karet tebal dan keras, di dalamnya dilapisi silinder karet tipis dan
merupakan kantung yang dapat diisi air panas. Salah satu ujung vagina buatan
dipasang karet berbentuk corong untuk menampung semen. Vagina buatan yang telah
diisi air panas dan di bagian dalam diberi pelicin, akan berfungsi untuk
menampung semen (Salisbury and VanDemark, 1985).
Sperma
adalah sel yang diproduksi oleh organ kelamin jantan dan bertugas membawa
informasi genetik jantan ke sel telur dalam tubuh betina. Spermatozoa berbeda
dari telur yang merupakan sel terbesar dalam tubuh organisme adalah gamet
jantan yang sangat kecil ukurannya dan mungkin terkecil. Spermatozoa secara
struktur telah teradaptasi untuk melaksanakan dua fungsi utamanya yaitu
menghantarkan satu set gen haploidnya ke telur dan mengaktifkan program
perkembangan dalam sel telur (Sistina, 2000).
Gamet
jantan pada umumnya berukuran relatif kecil, tanpa atau sedikit sekali cadangan
makanan, aktif bergerak (motil) dan dibentuk dalam jumlah besar. Spermatozoa
dihasilkan terus menerus tiap hari. Tapi bagi hewan yang memiliki musim kawin
penghasilan itu lebih terlihat jika tiba musimnya. Ada pula penghasilan
berlangsung terus sebelum musim kawin, lalu dicadangkan. Gerakan spermatozoa
ketika masih dalam tubulus seminiferus spermatozoa tak bergerak. Secara
berangsur dalam ductus epididimis mengalami pengaktifan. Kecepatan spermatozoa
saat keluar dari tubuh dalam medium cairan saluran kelamin betina sekitar 2,5
mm/menit (Sistina, 2000).
Sistem
reproduksi adalah suatu rangkaian dan interaksi organ dan zat
dalam organisme yang
dipergunakan untuk berkembang biak. Sistem reproduksi pada suatu organisme
berbeda antara jantan dan betina. Sistem reproduksi pada perempuan
berpusat di ovarium. Alat
reproduksi pada jantan a. Sepasang testis, yang terbungkus dalam kantong skrotum,
testis berfungsi sebagai penghasil sperma dan hormon testosteron b. Sepasang
epididimis, saluran panjang berkelok-kelok terdapat di dalam skrotum. Pada
betina ovarium berfungsi menghasilkan ovum dan hormon (estrogen dan progestron)
jika sel telur pada ovarium telah masak, akan dilepaskan dari ovarium,
pelepasan telur dari ovarium disebut ovulasi (Sembiring 2005).
Sinkronisasi
adalah suatu pengendalian estrus yang dilakukan pada sekelompok ternak betina
sehat dengan memanipulasi mekanisme hormonal, sehingga keserentakan estrus dan
ovulasi dapat terjadi pada hari yang sama atau dalam kurun 2 atau 3 hari
setelah perlakuan dilepas, sehingga Inseminasi Buatan dapat dilakukan serentak
(Toelihere, 1985).
Bila
spermatozoa yang motil kurang dari 50%, maka spermatozoa disebut astenik.
Istilah yang digunakan adalah Astenozoospermia ( Wongso, 2007).
MATERI DAN METODA
Waktu dan Tempat
Praktikum Teknologi Reproduksi
Ternak dilaksanakan pada hari kamis dimulai pada tanggal 25 April 2013 s/d 20 Juni 2013 tepatnya pukul 14.00 WIB s/d
selesai Bertempat di Laboratorium Fakultas Peternakan Universitas Jambi.
Materi
Adapun alat
dan bahan yang digunakan pada praktikum Teknologi Reproduksi Ternak ini yaitu :
sapi betina, kandang kecil, Gun, gunting, plastik shite,
plastik glove, termos/kontainer lapangan, Straw, air hangat, air biasa, hormon
Progesteron, hormon PGF2α, suntik, alat reproduksi sapi & kambing betina
dan jantan, pisau, terpal, paralon, karet gelang, balon, pentil, sarung tangan,
gelas piala, ovarium, mikroskop, cairan fisiologi, objek glass, dan cover
glass.
Metoda
Metoda pada praktikum sikronisasi birahi adalah
pertama masukkan sapi kedalam kandang kecil, periksa terlebih dahulu sapi
tersebut apakah sedang hamil atau tidak, setelah itu masukkan alat kedalam
vagina sapi dan biarkan selama beberapa hari.
Pada praktikum penyuntikkan PGF2 yaitu pertama
sediakan suntik dan sedot hormon PGF2 setelah itu elus-elus terlebih dahulu
badan sapi agar dalam penyuntikkan tidak kaget, kemudian perlahan-lahan
masukkan suntik kedalam badan sapi.
Pada praktikum pengamatan birahi yaitu mahasiswa
mengamati masing-masing sapi yang telah disinkronisai dan tulis apa hasilnya.
Pada praktikum inseminasi buatan yaitu Sebelum
melaksanakan prosedur Inseminasi Buatan (IB) maka semen harus dicairkan
(thawing) terlebih dahulu dengan mengeluarkan semen beku dari nitrogen cair dan
memasukkannya dalam air hangat atau meletakkannya dibawah air yang mengalir.
Suhu untuk thawing yang baik adalah 37oC. Jadi semen/straw tersebut
dimasukkan dalam air dengan suhu badan 37oC, selama 7-18 detik,
Setelah dithawing, straw dikeluarkan dari air kemudian dikeringkan dengan
tissue, Kemudian straw dimasukkan dalam gun, dan ujung yang mencuat dipotong
dengan menggunakan gunting bersih, Setelah itu Plastic sheath dimasukkan pada
gun yang sudah berisi semen beku/straw, Sapi dipersiapkan (dimasukkan) dalam
kandang jepit, ekor diikat, Petugas Inseminasi Buatan (IB) memakai sarung
tangan (glove) pada tangan yang akan dimasukkan ke dalam rektum, Tangan petugas
Inseminasi Buatan (IB) dimasukkan ke rektum, hingga dapat menjangkau dan
memegang leher rahim (servix), apabila dalam rektum banyak kotoran harus
dikeluarkan lebih dahulu, dan Semen disuntikkan/disemprotkan pada badan uterus
yaitu pada daerah yang disebut dengan 'posisi ke empat'. Setelah semua prosedur
tersebut dilaksanakan maka keluarkanlah gun dari uterus dan servix dengan
perlahan-lahan.
Pada praktikum sistem reproduksi
ternak yaitu pertama sediakan terlebih dahulu terpal dan organ reproduksi,
letakkan organ reproduksi diatas terpal dan pisahkan bagian-bagiannya
menggunakan pisau,.
Pada praktikum vagina buatan yaitu
pertama siapkan paralon dengan panjang 18-20 cm, buat lubang pada tengah-tengah
paralon sesuai ukuran pentil, setelah itu masukkan pentil pada lubang tersebut,
sebelum dimasukkan diberi lem terlebih dahulu agar tidak bocor, kemudian
masukkan sarung tangan ke dalam paralon, lalu kedua ujung selongsong karet
dibuka, dikuakkan dan ditempelkan pada bibir tabung kemudian diikat dengan
karet. Corong karet dipasang pada salah satu ujung tabung tersebut dan ikat
dengan karet kemudian tabung penampung dipasang pada ekor corong karet dan
dikuatkan dengan karet gelang. Tabung penampung dibungkus dengan selongsong
kain atau bisa dengan kertas tissu dan dilapisi bagian luamya dengan alumunium
foil. Gunanya untuk menghindari sinar matahari .
Pada praktikum histologi ovarium ada
3 cara yaitu pertama cara cacahan: sediakan jarum suntik, ovum dicacah sampai
hancur menggunakan pisau kecil, ambil cairan yang keluar dari ovum dan dicampur
dengan cairan fisiologis setelah itu amati dibawah mikroskop, kedua dengan cara
sayatan: ovum disayat-sayat hingga keluar cairan, cairan yang keluar diambil
dan campurkan dengan cairan fisiologis, kemudian amati dibawah mikroskop,
ketiga cara aspirasi: cairan ovum disedot menggunakan jarum suntik dan
campurkan dengan cairan fisiologis kemudian amati dibawah mikroskop.
Pada praktikum mortilitas sperma
yaitu straw harus dicairkan terlebih dahulu(thawing) menggunakan air biasa
dengan suhu 270C dan air hangat dengan suhu 370C selama
30 detik kemudian digunting ujungnya dan ditumpahkan keatas objek glass, tutup
dengan cover glass dan amati dibawah mikroskop.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Sinkronisasi adalah suatu
pengendalian estrus yang dilakukan pada sekelompok ternak betina sehat dengan
memanipulasi mekanisme hormonal, sehingga keserentakan estrus dan ovulasi dapat
terjadi pada hari yang sama atau dalam kurun 2 atau 3 hari setelah perlakuan
dilepas, sehingga Inseminasi Buatan dapat dilakukan serentak (Toelihere, 1985).
Pada
dasarnya, sinkronisasi birahi adalah upaya untuk menginduksi terjadinya birahi
dengan menggunakan hormon Progesteron. Preparatnya biasanya adalah hormon
sintetik dari jenis Prostaglandin F2a. Nama dagang yang paling sering ditemui
di Indonesia adalah Enzaprost F.
Progesteron
mempunyai peran dominan selama kebuntingan terutama pada tahap-tahap awal.
Apabila dalam uterus tidak terdapat embrio selang beberapa hari maka
PGF2α akan dikeluarkan dari endometrium dan disalurkan melalui pola sirkulasi
ke ovarium yang dapat menyebabkan regresinya corpus luteum. Apabila PGF2α
diinjeksikan pada awal kebuntingan , maka kebuntingan tersebut akan berakhir.
Oleh sebab itu, embrio pregnancy-specific protein B (PSPB) dan kemampuannya
nyata dalam meningkatkan sintesa endomerial dari prostaglandin E2 (PGE2) (Del
Vecchio et al. 1990).
Sinkronisasi
birahi ini mahal biayanya karena harga hormon yang tinggi dan biaya
transportasi serta biaya lain untuk petugas lapang.
Cara apikasi hormon untuk penyerentakkan birahi adalah sebagai berikut :
· Laksanakan penyuntikan hormon pertama, pastikan bahwa :
Cara apikasi hormon untuk penyerentakkan birahi adalah sebagai berikut :
· Laksanakan penyuntikan hormon pertama, pastikan bahwa :
Sapi
betina resipien harus dalam keadaan sehat dan tidak kurus (kaheksia);
Sapi tidak dalam keadaan bunting, bila sapi sedang bunting dan penyerentakkan birahi dilakukan maka keguguran akan terjadi.
· Laksanakan penyuntikan hormon kedua dengan selang 11 hari setelah penyuntikan pertama;
· Birahi akan terjadi 2 sampai 4 hari setelah penyuntikan kedua.
Sapi tidak dalam keadaan bunting, bila sapi sedang bunting dan penyerentakkan birahi dilakukan maka keguguran akan terjadi.
· Laksanakan penyuntikan hormon kedua dengan selang 11 hari setelah penyuntikan pertama;
· Birahi akan terjadi 2 sampai 4 hari setelah penyuntikan kedua.
Hasil
yang didapat pada praktikum pengamatan birahi yaitu Gejala- Gejala birahi
selama estrus, sapi betina menjadi sangat tidak tenang, kurang nafsu makan, dan
kadang - kadang menaiki sapi - sapi betina lain dan akan diam berdiri bila
dinaiki. Vulva tersebut akan membengkak, memerah dan basah. Hal ini sesuai
dengan pendapat Achyadi, K. R., (2009) yang menyatakan bahwa selama estrus,
sapi betina menjadi sangat tidak tenang, kurang nafsu makan, dan kadang -kadang
menaiki sapi betina lain dan akan diam berdiri bila dinaiki. Vulva tersebut
akan membengkak. Memerah dan penuh dengan sekresi mucus transparan yang
menggantung dari vulva atau terlihat di pangkal ekor.
Inseminasi Buatan (IB) atau kawin suntik adalah suatu cara atau teknik
untuk memasukkan mani (spermatozoa atau semen) yang telah dicairkan dan telah
diproses terlebih dahulu yang berasal dari ternak jantan ke dalam saluran alat
kelamin betina dengan menggunakan metode dan alat khusus yang disebut ‘insemination
gun‘.
1. Tujuan Inseminasi Buatan
2. Memperbaiki mutu genetika ternak
3. Tidak mengharuskan pejantan unggul untuk dibawa ketempat yang dibutuhkan
sehingga mengurangi biaya
4. Mengoptimalkan penggunaan bibit pejantan unggul secara lebih luas dalam jangka waktu yang lebih lama
5. Meningkatkan angka kelahiran dengan cepat dan teratur
6. Mencegah penularan / penyebaran penyakit kelamin.
Keuntungan IB
1. Menghemat biaya pemeliharaan ternak jantan;
2. Mencegah terjadinya kawin sedarah pada sapi betina (inbreeding);
3. Dengan peralatan dan teknologi yang baik spermatozoa dapat simpan dalam
jangka waktu yang lama
4. Semen beku masih dapat dipakai untuk beberapa tahun kemudian walaupun
pejantan telah mati
5. Menghindari kecelakaan yang sering terjadi pada saat perkawinan karena
fisik pejantan terlalu besar
6. Menghindari ternak dari penularan penyakit terutama penyakit yang
ditularkan dengan hubungan kelamin.
Kerugian IB
1. Apabila identifikasi birahi (estrus) dan waktu pelaksanaan IB tidak tepat
maka tidak akan terjadi terjadi kebuntingan
2. Akan terjadi kesulitan kelahiran (distokia), apabila semen beku yang
digunakan berasal dari pejantan dengan breed / turunan yang besar dan
diinseminasikan pada sapi betina keturunan / breed kecil
3. Bisa terjadi kawin sedarah (inbreeding) apabila menggunakan semen
beku dari pejantan yang sama dalam jangka waktu yang lama
4. Dapat menyebabkan menurunnya sifat-sifat genetik yang jelek apabila
pejantan donor tidak dipantau sifat genetiknya dengan baik (tidak melalui suatu
progeny test).
Prinsip Dasar Inseminsi
Buatan (IB)
Didalam applikasi teknologi inseminasi buatan maka faktor mutu genetik
pejantan yang digunakan sangat penting untuk diperhatikan karena dari
padanyalah sejumlah besar keturunan akan dihasilkan. Pejantan unggul dapat
menghasilkan ± 25.000 ekor anak per tahun melalui penggunaan semen beku,
sehingga selama hidup dari seekor pejantan unggul dapat diperoleh ± 150.000
ekor anak.
Beberapa kendala dihadapi apabila penggunaan semen beku, diantaranya tidak
kontinyunya persediaan N ² Cair, untuk itu alternatif utamanya adalah dengan
menggunakan semen cair. Teknik ini dapat diterapkan dengan memperhatikan
beberapa persyaratan teknis sehingga applikasinya dapat di laksanakan dengan
baik dan diperoleh hasil yang optimal.
Metode penampungan semen untuk dipergunakan dalam inseminasi buatan adalah
mengupayakan agar pejantan bereyakulasi ke dalam vagina buatan, dan kemudian
menampung semen ke dalam tabung berinsulasi untuk mencegah rusaknya spermatozoa
karena perobahan suhu. Beberapa aspek tingkahlaku seksual pejantan perlu
diperhatikan dalam penampungan semen seperti : latihan, persiapan menaiki,
temperatur vagina buatan, lama eyakulasi, dan sifat individu pejantan.
Produksi semen pereyakulasi pada ternak sapi jantan biasanya 4 – 10 ml dan
dapat ditampung 2 – 6 kali perminggu. Sesudah penampungan dan evaluasi semen,
tindakan selanjutnya adalah pengenceran dengan menggunakan beberapa bahan
pengenceran yang mengandung karbohidrat sebagai sumber energi, protein
pelindung, dan antibiotik. Semen sapi dapat diencerkan 10 – 75 kali tergantung
dari kualitas semen yang dihasilkan setiap eyakulasi.
Pada ternak sapi untuk pelaksanaan inseminasi buatan, didalam satu kali
inseminasi hanya diperlukan 10 – 15 juta spermatozoa motil, sedangkan yang
dihasilkan per satu kali eyakulasi adalah milliaran sperma. Sehingga dengan
dosis inseminasi ini kita dapat menghitung berapa banyak betina yang dapat di
inseminasi dari seekor pejantan.
Semen yang telah dipersiapkan dapat langsung di inseminasikan ke dalam
cervix atau corpus uteri, dan untuk memperoleh kesuburan yang tinggi inseminasi
harus dilakukan mendekati waktu ovulasi yakni pada paruh kedua fase birahi atau
pada saat yang telah ditentukan apabila menggunakan program sinkronisasi
birahi. Ketepatan waktu itu penting agar spermatozoa segar tersedia dan siap.
Teknologi IB menggunakan semen beku pada sapi potong telah digunakan sejak
belasan tahun silam dengan tujuan untukmeningkatkan kualitas dan kuantitas
ternak sapi melalui penggunaan pejantan pilihan dan menghindari penularan
penyakit atau kawin sedarah.
Selama ini pelaksanaan teknologi IB di lapangan masih mengalami beberapa
hambatan, antara lain S/C > 2 dan angka kebuntingan ≤ 60% (Affandhy 2006),
sehingga untuk meningkatkan populasi dan mutu sapi potong serta guna memperluas
penyebaran bakalan sapi potong, diperlukan suatu petunjuk praktis tentang
manajemen IB mengunakan semen beku mulai dari penanganan ketika straw beku
dalam kontener hingga akan disuntikan/Idi-IB-kan ke sapi induk, termasuk cara
dan waktu IB; dengan harapan dapat memperbaiki manajemen perkawnan melalui
pelaksanaan IB yang selama ini sering menimbulkan permasalahan di tingkat
peternak maupun inseminator. Dengan adanya petunjuk tentang manajemen IB
diharapkan dapat menambah tingkat keterampilan inseminator dan pengalaman
peternak sehinggga tingkat kebuntingan ternak dapat dicapai secara optimal dan
tahapan teknik ini perlu diinformasikan
Pada
praktikum IB (inseminasi buatan), yang menjadi inseminator adalah bpk yudi
beserta fartnernya.
Menurut
Sonjaya (2005) yang menyatakan bahwa terlambatnya siklus birahi kembali setelah
beranak adalah infeksi primer, trauma partus retentio secundinarum,
ketidakseimbangan nutrisi, kurang gerak, stress laktasi, predisposisi
keturunan, dan thyroid insufiensi.
Hasil pengamatan organ
reproduksi ternak yaitu:
v Alat reproduksi ternak jantan
Pada sebagian besar spesies mamalia,
organ reproduksi eksternal jantan adalah skrotum dan penis. Organ reproduksi
internal terdiri atas gonad yang menghasilkan gamet (sel-sel sperma) dan
hormon, kelenjar aksesoris yang mensekresikan produk yang esensial bagi
pergerakan sperma, dan sekumpulan duktus yang membawa sperma dan sekresi
grandular. Ringkasnya secara anatomi, bagian-bagian alat kelamin jantan terdiri
dari; testis, epididymis, ductus deferen, urethra, penis, dan kelenjar-kelenjar
asesoris.
1.
Testis
Gonad indiferen sewaktu embrio
dini pada betina berdiferensiasi menjadi ovarium, sedangkan pada jantan menjadi
testis. Pada semua spesies testis berkembang di dekat ginjal, yaitu pada daerah
krista genitalis primitif. Pada mamalia, testis mengalami penurunan, tetap
tinggal pada posisi disekitar daerah testis itu berasal. Fungsi testis ada dua
macam: yang menghasilkan hormon seks jantandisebut androgen, dan yang
menghasilkan gamet jantan disebut sperma.
2.
Epididymis
Epididymis terdiri dari tiga
bagian yaitu caput epididymis atau kepala epididymis, corpus epididymis atau
badan epididymis, dan cauda epididymis atau ekor epididymis. Ketiga bagian ini
mempunyai fungsi yang berbedada, caput berfungsi sebagai tempat memasakan spermatozoa,
corpus berfungsi sebagai transpor atau pengangkutan spermatozoa, cauda
berfungsi sebagai tempat penimbunana spermatozoa.
3.
Ductus Deferen
Ductus deferen
merupakan saluran sperma lanjutan dari cauda epididymis sampai ke urethra.
Dindingnya tebal mengandung serabut-serabut urat daging yang licin.
4.
Ampula Ductus
Deferen
Ampula ductus
deferen adalah ductus deferen an kedua testes setelamelalui canalis inguinalis
sampai atas kandung kemih yang lambat laun menjadi membesar. Pembesaran ini
disebabkan oleh adanya kelenjar-kelenjar yang ada di dinding ductus deferen,
sedang lumennya sedikit meluas.
5.
Urethra
Urethra adalah
saluran dari tempat bermuaranya Ampula ductus deferen sampai ujung penis.
Urethra merupakan saluran urogenitalis yang berfungsi sebagai tempat lewatnya
urine dan semen.
6.
Kelenjar
Vesikularis
Kelenjar
vesicularis berjumlah sepasang yang terletak di kanan-kiri ampula duktus
deferens. Pada ruminansia kelenjar ini besar dan susunannya berlobus-lobus.
Saluran keluar dari kelenjar ini bermuara ke dalam urethra, secara umum
muaranya menjadi satu dengan ampula sehingga ada 2 muara di kiri dan kanan.
Muara ini disebut ostium ejaculatorium. Kadang-kadang muaranya terpisah, yaitu
muara kelenjar vesicularis berada di bagian cranial dari kelenjar ampula.
Sekresi kelenjar ini banyak mengandung protein, potasium, fruktosa, asam sitrat,
asam askorbut, vitamin dan enzim, warnanya kekuning-kuningan karena banyak
menagndung flavin dengan pH 5,7-6,2. Sekresi kelenjar vesicularis pada sapi
merupakan 50% dari total volume ejakulasi.
7.
Kelenjar
Prostata
Pada sapi
kelenjar prostata berjumlah sepasang, berbentuk bulat dan tidak berlobus.
Kelenjar prostata terdiri dari 2 bagian, badan prosatata dan prostata yang
cryptik. Bagian badan prosatata terdapat di belakang ampula dekat diatas
urethra pars pelvina, sehingga disebut corpus prostata. Kelenjar prostata
berfungsi sebagai penghasil cairan yang encer dan mengandung ion organik (Na,
Cl, Ca, Mg) dengan pH lebih besar dari 7,0.
8. Kelenjar bulbourethralis
Kelenjar
bulbourethralis berjumlah sepasang, terdapat di sebelah kanan dan kiri urethra
bulbourethralis, dibawah musculus bulbo spongiosus. Pada sapi kelenjar ini
sebesar buah kemiri, padat dan mempunyai kapsul. Kelenjar bulbourethralis
berfungsi sebagai penghasil getah kental yang berfungsi sebagai pembersih
saluran reproduksi dari sisa-sisa urine.
9.
Penis
Penis merupakan
organ kopulatoris pada hewan jantan, mempunyai tugas ganda yaitu pengeluaran
urine dan peletakan semen ke dalam saluran reproduksi hewan betina. Penis
berbentuk silinder panjang dan bersifat fibroelastik atau kenyal. Penis terdiri
dari akar atau pangkal, badan penis dan ujung penis atau gland penis. Dalam
keadaan relaks ada bagian yang membengkok membentuk huruf S, bagian ini disebut
flexera sigmodea. Untuk memanjang dan memendek penis dilengkapi dengan musculus
retraktor penis yaitu otot yang dapat merelaks dan mengkerut (kontraksi), dan
corpus cavernosum penis yaitu otot yang dapat menegakan penis. Penis mempunyai
dua fungsi yaitu untuk menyemprotkan sperma ke dalam alat reproduksi betina dan
untuk lewatnya urine.
v Alat reproduksi ternak betina
Reproduksi hewan betina adalah suatu
proses yang kompleks yang melibatkan seluruh tubuh hewan itu. Sistem reproduksi
akan berfungsi bila makhluk hidup khususnya hewan ternak dalam hal ini sudah
memasuki sexual maturity atau dewasa kelamin. Setelah mengalami dewasa kelamin,
alat-alat reproduksinya akan mulai berkembang dan proses reproduksi dapat
berlangsung baik ternak jantan maupun betina. Sistem reproduksi pada betina
terdiri atas ovarium dan sistem duktus. Sistem tersebut tidak hanya menerima
telur-telur yang diovulasikan oleh ovarium dan membawa telur-telur ke tempat
implantasi yaitu uterus, tetapi juga menerima sperma dan membawanya ke tempat
fertilisasi yaitu oviduk.
Pada
mamalia, ovarium dan bagian duktus dari sistem reproduksi berhubungan satu
dengan yang lain dan melekat pada dinding tubuh dengan sebuah seri dari
ligamen-ligamen. Ovarium menerima suplai darah dan suplai saraf melalui hilus
yang juga melekat pada uterus. Oviduk berada di dalam lipatan mesosalpink,
sedangkan mesosalpink melekat pada ligamen ovarium. Ligamen ini melanjutkan
diri ke ligamen inguinal, yang homolog dengan gubernakulum testis. Bagian
ligamen ini membentuk ligamen bulat pada uterus yang kemudian melebarkan diri
dari uterus ke daerah inguinal.
Alat-alat
reproduksi betina terletak di dalam cavum pelvis (rongga pinggul). Cavum pelvis
dibentuk oleh tulang-tulang sacrum, vertebra coccygea kesatu sampai ketiga dan
oleh dua os coxae. Os coxae dibentuk oleh ilium, ischium dan pubis. Secara
anatomi alat reproduksi betina dapat dibagi menjadi : ovarium, oviduct, uterus,
cervix, vagina dan vulva.
1.
Ovarium
Ovarium
adalah organ primer (atau esensial) reproduksi pada betina seperti halnya
testes pada hewan. Ovari dapat dianggap bersifat endokrin atau sitogenik
(menghasilkan sel) karena mampu menghasilkan hormon yang akan diserap langsung
ke dalam peredaran darah, dan juga ovum.
Ovarium
merupakan sepasang kelenjar yang terdiri dari ovari kanan yang terletak di
belakang ginjal kanan dan ovari kiri yang terletak di belakang ginjal kiri.
Ovarium seekor sapi betina bentuknya menyerupai biji buah almond dengan berat
rata-rata 10 sampai 20 gram. Sebagai perbandingan, pada sapi jantan dimana
”biji” pejantan berkembang di tubulus seminiferus yang letaknya di dalam pada
betina jaringan yang menghasilkan ovum (telur) berada sangat dekat dengan
permukaan ovari.
Ovarium
terletak di dalam rongga perut berfungsi untuk memproduksi ovum dan sebagai
penghasil hormon estrogen, progesteron dan inhibin. Ovarium digantung oleh
suatu ligamentum yang disebut mesovarium yang tersusun atas syaraf-syaraf dan
pembuluh darah, berfungsi untuk mensuplai makanan yang diperlukan oleh ovarium
dan sebagai saluran reproduksi. Ovarium pada preparat praktikum ini berbentuk
lonjong bulat.
Fungsi
ovarium sendiri adalah memproduksi ovum, penghasil hormon estrogen, progesteron
dan inhibin.
Pada semua
hewan menyusui mempunyai sepasang ovarium dan mempunyai ukuran yang
berbeda-beda tergantung pada species, umur dan masa (stadium) reproduksi hewan
betina. Bentuk ovarium tergantung pada golongan hewan:
1. Pada golongan hewan yang melahirkan beberapa
anak dalam satu kebuntingan disebut Polytocous, ovariumnya berbentuk seperti
buah murbei, contoh: babi, anjing, kucing
2. Pada golongan hewan yang melahirkan satu anak
dalam satu kebuntingan disebut Monotocous, ovariumnya berbentuk bulat panjang
oval, contoh: sapi, kerbau, sedang pada ovarium kuda bebentuknya seperti
ginjal.
Ovarium
mengandung folikel-folikel yang di dalamnya terdapat masing-masing satu ovum.
Pembentukan dan pertumbuhan folikel ini dipengaruhi oleh hormon FSH (Folicle
stimulating hormone) yang dihasilkan oleh kelenjar adenohipofise. Folikel di
dalam ovarium terdiri dari beberapa tahap yaitu folikel primer, terbentuk sejak
masih dalam kandungan dan mengandung oogonium yang dikelilingi oleh satu lapis
sel folikuler kecil; folikel sekunder, terbentuk setelah hewan lahir dan sel
folikulernya lebih banyak; folikel tertier, terbentuk pada saat hewan mencapai
dewasa dan mulai mengalami siklus birahi; dan yang terakhir adalah folikel de
Graaf, merupakan folikel terbesar pada ovarium pada waktu hewan betina
menjelang birahi.
Folikel de
Graaf inilah yang akan siap diovulasikan (peristiwa keluarnya ovum dari
folikel) dan jumlahnya hanya satu karena sapi merupakan hewan monotokosa yang
menghasilkan satu keturunan setiap kebuntingan. Peristiwa ovulasi diawali
dengan robeknya folikel de Graaf pada bagian stigma dipengaruhi oleh hormon LH
(Luteinizing hormone) yang dihasilkan oleh kelenjar adenohipifise. LH
menyebabkan aliran darah di sekitar folikel meningkat dan menyebabkan dinding
olikel pecah. Bekas tempat ovum yang baru keluar disebut corpus haemorragicum
yang dapat kemasukan darah akibat meningkatnya aliran darah dan menjadi merah,
setelah itu terbentuk corpus luteum (berwarna coklat) yang akan menghasilkan
hormon progesteron untuk mempertahankan kebuntingan dan menghambat
prostaglandin. Sehingga pada saat bunting tidak terjadi ovulasi karena
prostaglandin yang mempengaruhi hormon estrogen dan FSH.
Apabila
pembuahan tidak terjadi, corpus luteum bertambah ukurannya di bawah hormon
pituitari anterior yaitu prolaktin dan dibentuklah hormon progesteron yang
menekan birahi yang berkepanjangan dan memepertahankan kebuntingan (Blakely and
Bade, 1998).
2.
Oviduct
Oviduct
merupakan saluran yang bertugas untuk menghantarkan sel telur (ovum) dari
ovarium ke uterus. Oviduct digantung oleh suatu ligamentum yaitu mesosalpink
yang merupakan saluran kecil yang berkelok-kelok dari depan ovarium dan
berlanjut di tanduk uterus.
Oviduct
terbagi menjadi 3 bagian. Pertama adalah infundibulum, yaitu ujung oviduct yang
letaknya paling dekat dengan ovarium. Infundibulum memiliki mulut dengan bentuk
berjumbai yang berfungsi untuk menangkap ovum yang telah diovulasikan oleh
ovarium. Mulut infundibulum ini disebut fimbria. Salah satu ujungnya menempel
pada ovarium sehinga pada saat ovulasi dapat menangkap ovum. Sedangkan lubang
infundibulum yang dilewati ovum menuju uterus disebut ostium. Setelah ovum
ditangkap oleh fimbria, kemudian menuju ampula yaitu bagian oviduct yang kedua,
di tempat inilah akan terjadi fertilisasi. Sel spermatozoa akan menunggu ovum
di ampula untuk dibuahi. Panjang ampula merupakan setengah dari panjang
oviduct. Ampula bersambung dengan bagian oviduct yang terakhir yaitu isthmus.
Bagian yang membatasi antara ampula dengan isthmus disebut ampulary ismich
junction. Isthmus dihubungkan langsung ke uterus bagian cornu (tanduk) sehingga
di antara keduanya dibatasi oleh utero tubal junction.
Dinding
oviduct terdiri atas 3 lapisan yaitu membrana serosa merupakan lapisan terdiri
dari jaringan ikat dan paling besar, membrana muscularis merupakan lapisan otot
dan membrana mucosa merupakan lapisan yang membatasi lumen.
Fungsi oviduct :
1.menerima
sel telur yang diovulasikan oleh ovarium,
2.transport
spermatozoa dari uterus menuju tempat pembuahan
3.tempat
pertemuan antara ovum dan spermatozoa (fertilisasi)
4.tempat
terjadinya kapasitasi spermatozoa
5.memproduksi
cairan sebagai media pembuahan dan kapasitasi spermatozoa
6.transport
yang telah dibuahi (zigot) menuju uterus.
Menurut Bearden and Fuquay (1997)
panjang oviduct untuk kebanyakan spesies ternak adalah 20 sampai 30 cm.
3.
Uterus
Uterus
merupakan struktur saluran muskuler yang diperlukan untuk menerima ovum yang
telah dibuahi dan perkembangan zigot. Uterus digantung oleh ligamentum yaitu
mesometrium yaitu saluran yang bertaut pada dinding ruang abdomen dan ruang
pelvis. Dinding uterus terdapat 3 lapisan, lapisan dalam disebut endometrium,
lapisan tengah disebut myometrium dan lapisan luar disebut perimetrium.
Uterus
terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama adalah cornu uteri atau tanduk uterus.
Cornu uteri ini jumlahnya ada 2 dan persis menyerupai tanduk yang melengkung.
Cornu uteri merupakan bagian uterus yang berhubungan dengan oviduct. Kedua
cornu ini memiliki satu badan uterus yang disebut corpus uteri dan merupakan
bagian uterus yang kedua. Corpus uteri berfungsi sebagai tempat perkembangan
embrio dan implantasi. Selain itu pada corpus uteri terbentuk PGF2 alfa. Bagian
uterus yang ketiga adalah cervix atau leher uterus.
Bentuk-bentuk
uterus ada 3, yaitu: 1) uterus bicornus: cornu uteri sangat panjang tetapi
corpus uteri sangat pendek. Contoh pada babi. 2) uterus bipartinus: corpus
uteri sangat panjang dan di antara kedua cornu terdapat penyekat. Contoh pada
sapi cornunya membentuk spiral. 3) uterus duplex: cervixnya terdapat dinding
penyekat. Contoh: uterus pada kelinci dan marmut. 4) uterus simple: bentuknya
seperti buah pir. Contoh: uterus pada manusia dan primata.
Fungsi
uterus: 1) saluran yang dilewati gamet (spermatozoa). Spermatozoa akan membuahi
sel telur pada ampula. Secara otomatis untuk mencapai ampulla akan melewati
uterus dahulu. 2) tempat terjadinya implantasi. Implantasi adalah penempelan
emrio pada endometrium uterus. 3) tempat pertumbuhan dan perkembangan embrio.
4) berperan pada proses kelahiran (parturisi). 5) pada hewan betina yang tidak
bunting berfungsi mengatur siklus estrus dan fungsi corpus luteum dengan
memproduksi PGF2 alfa.
Di dalam
uterus terdapat curuncula yang berfungsi untuk melindungi embrio pada saat
ternak bunting. Hasil pengukuran uterus pada praktikum ini, panjang corpus
uteri adalah 20 cm, panjang cornu uteri adalah 13 cm. Menurut Lindsay et al.,
(1982) bahwa uterus pada sapi yang tidak bunting memiliki diameter 5 sampai 6
cm. Perbedaan ini dipengaruhi oleh umur, bangsa ataupun kondisi ternak.
4.
Cervix
Cervix
terletak di antara uterus dan vagina sehingga dikatakan sebagai pintu masuk ke
dalam uterus. Cervix ini tersusun atas otot daging sphincter. Terdapat lumen
cervix yang terbentuk dari gelang penonjolan mucosa cervix dan akan menutup
pada saat terjadi estrus dan kelahiran. Cervix menghasilkan cairan yang dapat
memberi jalan pada spermatozoa menuju ampula dan untuk menyeleksi sperma.
Selama
birahi dan kopulasi, serviks berperan sebagai masuknya sperma. Jika kemudian
terjadi kebuntingan saluran uterin itu tertutup dengan sempurna guna melindungi
fetus. Beberapa saat sebelum kelahiran, pintu itu mulai terbuka, serviks
mengembang, hingga fetus dan membran dapat melaluinya pada saat kelahiran
(Blakeli and Bade, 1998).
Fungsi dari
cervix adalah menutup lumen uterus sehingga menutup kemungkinan untuk masuknya
mikroorganisme ke dalam uterus dan sebagai tempat reservoir spermatozoa.
5.
Vagina
Vagina
adalah organ reproduksi hewan betina yang terletak di dalam pelvis di antara
uterus dan vulva. Vagina memiliki membran mukosa disebut epitel squamosa
berstrata yang tidak berkelenjar tetapi pada sapi berkelenjar. pada bagian
kranial dari vagina terdapat beberapa sel mukosa yang berdekatan dengan cervix.
Vagina
terdiri dari 2 bagian yaitu vestibulum yang letaknya dekat dengan vulva serta
merupakan saluran reproduksi dan saluran keluarnya urin dan yang kedua adalah
portio vaginalis cervixis yang letaknya dari batas antara keduanya hingga
cervix. Vestibulum dan portio vaginalis cervixis dibatasi oleh suatu selaput
pembatas yang disebut himen.
Fungsi dari
vagina adalah sebagai alat kopulasi dan tempat sperma dideposisikan; berperan
sebagai saluran keluarnya sekresi cervix, uterus dan oviduct; dan sebagai jalan
peranakan saat proses beranak. Vagina akan mengembang agar fetus dan membran
dapat keluar pada waktunya.
Menurut
Toelihere (1981), pada hewan yang tidak bunting panjang vagina sapi mencapai
25,0 sampai 30,0 cm. Variasi ukuran vagina ini tergantung pada jenis hewan,
umur dan frekuensi beranak (semakin sering beranak, vagina semakin lebar).
6.
Vulva
Vulva
merupakan alat reproduksi hewan betina bagian luar. Vulva terdiri dari dua
bagian. Bagian luar disebut labia mayora dan bagian dalamnya disebut labia
minora. Labia minora homolog dengan preputium pada hewan jantan sedangkan labia
mayora homolog dengan skrotum pada hewan jantan.
Pertautan
antara vagina dan vulva ditandai oleh orifis uretral eksternal atau oleh suatu
pematang pada posisi kranial terhadap uretral eksteral yaitu himen vestigial.
Himen tersebut rapat sehingga mempengaruhi kopulasi. Vulva akan menjadi tegang
karena bertambahnya volume darah yang mengalir ke dalamnya.
7.
Klitoris
Klitoris
merupakan alat reproduksi betina bagian luar yang homolog dengan gland penis
pada hewan jantan yang terletak pada sisi ventral sekitar 1 cm dalam labia.
Klitoris terdiri atas dua krura atau akar badan dan kepala (glans). Klitoris
terdiri atau jaringan erektil yang tertutup oleh epitel skuamusa berstrata.
Selain itu klitoris juga mengandung saraf perasa yang berperan pada saat
kopulasi. Klitoris akan berereksi pada hewan yang sedang estrus. Fungsi dari
klitoris ini membantu dalam perkawinan.
Hasil dari
praktikum vagina buatan:
Penggunaan
Vagina Buatan (VB) merupakan metode yang umum digunakan untuk menampung semen
pejantan sapi perah dan sapi potong di pusat-pusat inseminasi buatan. Metode
ini dapat mengatasi kekurangan-kekurangan dan kerugian-kerugian dari metode
pengurutan dan elektroejakulator. Kelebihan dari metode ini aalahsemen yang
dihasilkan lebih bersih, kualitas lebih baik, maksimal dan spontan keluar.
Model Vagina Buatan telah disempurnakan dan dimodifikasi oleh beberapa
peneliti. Yangumum digunakan di Indonesia adalah model Denmark dengan panjang
silinder 40,7 cm
Gambar
hasil praktikum vagina buatan:
Menurut Salisbury and VanDemark (1985) menyatakan bahwa penggunaan
vagina buatan untuk menampung semen sapi telah dipakai secara luas. Pejantan
akan menaiki sapi betina pemancing dan akan berejakulasi pada waktu penis
dimasukkan ke dalam vagina buatan. Vagina buatan terdiri dari silinder karet
tebal dan keras, di dalamnya dilapisi silinder karet tipis dan merupakan
kantung yang dapat diisi air panas. Salah satu ujung vagina buatan dipasang
karet berbentuk corong untuk menampung semen. Vagina buatan yang telah diisi
air panas dan di bagian dalam diberi pelicin, akan berfungsi untuk menampung
semen.
Histologi
ovarium, menurut Sembiring (2005) yang menyatakan bahwa pada betina ovarium
berfungsi menghasilkan ovum dan hormon (estrogen dan progestron) jika sel telur
pada ovarium telah masak, akan dilepaskan dari ovarium, pelepasan telur dari
ovarium disebut ovulasi. Untuk menghasilkan histologi
ovarium ada beberapa metoda yaitu dengan metoda cacahan, sayatan dan aspirasi.
Motalitas sperma, Spermatozoid atau sel
sperma atau spermatozoa (berasal dari Bahasa Yunani Kuno yang berarti benih dan
makhluk hidup) adalah sel dari sistem reproduksi jantan. Sel sperma akan
membentuk zigot. Zigot adalah sebuah sel dengan kromosom lengkap yang akan berkembang
menjadi embrio. Peran aktif spermatozoon sebagai gamet jantan sehingga penting
pada keberhasilan munculnya individu baru oleh karena itu di dalam reproduksi
sering diperlukan adanya standar kualitas spermatozoa. Analisis sperma yang
dimaksud meliputi pemeriksaan jumlah milt yang dapat distriping dari seekor
ikan jantan masak kelamin, kekentalan sperma, warna, bau, jumlah spermatozoa
mati, motilitas (bila mungkin kemampuan gerak per menit) dan morfologi (ukuran
dan bentuk kepala, ukuran ekor, berbagai penyimpangan, ada tidaknya akrosoma).
Kepala
spermatozoa bentuknya bervariasi. Isinya adalah inti (di dalamnya terkandung
material genetik) haploid yang berupa kantong berisi sekresi-sekresi enzim
hidrolitik. Spermatozoa yang kontak dengan telur, isi akrosomnya dikeluarkan
secara eksositosis yang disebut dengan reaksi akrosom (Sistina, 2000).
Hasil yang
didapat dari masing-masing kelompok yaitu sebagai berikut:
Kel.
|
Air biasa
|
Jenis sapi
|
Air panas
|
Jenis sapi
|
1.
|
50
|
Bali
|
29,3
|
Bali
|
2.
|
63,75
|
FH
|
73,12
|
FH
|
3.
|
60
|
Bali
|
76
|
FH
|
4.
|
60
|
FH
|
0
|
Bali
|
5.
|
64,3
|
Limosin
|
29,3
|
Limosin
|
6.
|
64
|
Limosin
|
0
|
FH
|
7.
|
51
|
FH
|
76
|
FH
|
8.
|
47,5
|
FH
|
0
|
Bali
|
9.
|
66,25
|
Bali
|
0
|
Bali
|
PENUTUP
Kesimpulan
Dari hasil pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa sinkronisasi
adalah suatu pengendalian estrus yang dilakukan pada sekelompok ternak betina
sehat dengan memanipulasi mekanisme hormonal, sehingga keserentakan estrus dan
ovulasi dapat terjadi pada hari yang sama atau dalam kurun 2 atau 3 hari
setelah perlakuan dilepas, sehingga Inseminasi Buatan dapat dilakukan serentak.
Gejala- Gejala birahi selama estrus, sapi betina
menjadi sangat tidak tenang, kurang nafsu makan, dan kadang - kadang menaiki
sapi - sapi betina lain dan akan diam berdiri bila dinaiki. Vulva tersebut akan
membengkak, memerah dan basah.
Inseminasi Buatan (IB) atau kawin suntik adalah suatu
cara atau teknik untuk memasukkan mani (spermatozoa atau semen) yang telah
dicairkan dan telah diproses terlebih dahulu yang berasal dari ternak jantan ke
dalam saluran alat kelamin betina dengan menggunakan metode dan alat khusus
yang disebut ‘insemination gun‘.
Bagian-bagian alat kelamin jantan terdiri dari; testis, epididymis, ductus
deferen, urethra, penis, dan kelenjar-kelenjar asesoris dan alat reproduksi
betina dapat dibagi menjadi : ovarium, oviduct, uterus, cervix, vagina dan
vulva.
Penggunaan Vagina Buatan (VB) merupakan metode yang umum digunakan untuk
menampung semen pejantan sapi perah dan sapi potong di pusat-pusat inseminasi
buatan.
Spermatozoid atau sel sperma atau spermatozoa
(berasal dari Bahasa Yunani Kuno yang berarti benih dan makhluk hidup) adalah
sel dari sistem reproduksi jantan. Sel sperma akan membentuk zigot.
Saran
Saran yang penulis harapkan yaitu untuk kedepannya agar lebih baik lagi
sehingga praktikum dapat berjalan dengan lancar tanpa mengulang. Terima kasih
DAFTAR PUSTAKA
Achyadi, K. R., 2009.Deteksi Birahi pada Ternak
Sapi. Tesis MS Pascasarjana IPB. Bogor.
Bindon, B. M. dan L. R. Piper., 2008. Physiology
Base of Ovarian Response to PMSG in Sheep and Cattle, In Embryo Tranfer In
Cattle, Sheep and Goats. Aust.Soc. Passpart to the Year 2000. Alltech’s.
Bowen, R. A. dan M. H. Pineda., 2010. Deteksion
Estrus of Cow. In L. E. Mc Donald dan M. H. Pineda : Veterinary Endocrinology
and Reproduction. Lea and Febiger.
Brown. 1992. Buku Teks Histologi
Veteriner II Edisi Ketiga. UI-Press. Jakarta
Del Vecchio,R.P; Sutherland,W.D. and Sasser, R.G. 1995. Effect of pregnancy
specific protein B on luteal cell progesterone, prostaglandin and oxytocin
production during two stages of the bovine estrous cycle. J.Anim.Sci. 73 :
2662.
Frandson, R.D. 1993. Anatomi dan Fisiologi Ternak.
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Philladelphia, London.
Hafes ESE.
1993. Reproduction in Farm Animal.6 th Ed. Lea and Febiger.
Philadelphia
Hidayaturrahmah.
2007. Waktu Motilitas Dan Viabilitas Spermatozoa Ikan Mas (Cyprinus carpio L.)
Pada Beberapa Konsentrasi Larutan Fruktosa.Universitas Lambung Mangkurat,
Kalimantan Selatan.
Husnurrizal. 2008. Sinkronisasi birahi dengan preparat hormon
prostaglandin (pgf2a). Lab. Reproduksi. Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Syiah Kuala.
Hardjopranjoto, Soehartojo. 1995. Ilmu Kemajiran pada Ternak.
Surabaya: Airlangga University Press
Iman dan Fahriyan., 2002Siklus Estrus Of Cow. Pusat
Antar Universitas Bioteknologi IPB. Bogor
Salisbury, G.W dan N.L. Vandemark, 1985, Fisiologi
Reproduksi dan Inseminasi Buatan Pada Sapi, diterjemahkan R. Djanuar, Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta.
Sembiring , Langkah dkk, 2005, Biologi SMA, Sunda
Kelapa Pustaka : Jakarta
Sistina,Yulia.2000. BiologiReproduksi.
FakultasBiologiUnsoed, Purwokerto
Toelihere, Mozes. 1981. Fisiologi
Toelihere, Mozes. 1981. Fisiologi Reproduksi Pada Ternak.